Sudah beberapa tahun sejak saya pertama kali membaca artikel
mengenai gerakan sebagian umat Islam yang ingin kembali menggunakan uang dinar
(emas) dan dirham (perak) dalam bermuamalah. Intinya, sebagian umat Islam merasakan
pentingnya untuk kembali menggunakan mata uang emas (dinar) dan perak (dirham)
dalam bertransaksi sehari-hari. Salah satu kelebihan mata uang emas adalah, ia
stabil, tidak mengenal depresiasi, dan tidak terpengaruh oleh inflasi (atau
deflasi) sebagaimana halnya uang kertas. Misalnya, jika kita menggunakan uang
kertas, dua puluh tahun yang lalu dengan uang seribu rupiah kita sudah bisa
makan di warung tegal, namun sekarang minimal kita harus menyiapkan uang senilai
sepuluh ribu hingga dua puluh ribu rupiah untuk bisa makan di warteg. Hal ini
tidak berlaku dengan uang emas yang nilainya selalu stabil dari waktu ke waktu.
Hal ini dapat dibuktikan dalam sebuah kisah yang diriwayatkan dalam kitab
hadits. Alkisah, Nabi memberikan satu dinar kepada Urwa untuk membeli domba untuk beliau. Urwa membeli dua ekor domba untuk beliau
dengan uang tersebut. Kemudian dia menjual satu ekor domba seharga satu dinar,
dan membawa satu dinar tersebut bersama satu ekor dombanya lainnya kepada Nabi.
Poin yang ingin disampaikan pada kisah di atas adalah bahwa
pada zaman Nabi, harga seekor domba (atau kambing) itu berkisar antara setengah
dinar hingga satu dinar. Dan kalau kita bandingkan dengan harga sekarang,
ternyata harga tersebut tidak jauh berbeda. Dengan menggunakan asumsi bahwa
satu dinar ekuivalen dengan 4.25 gram emas dan harga 1 gram emas sekitar
500.000 rupiah, maka akan kita dapatkan bahwa satu dinar kira-kira senilai dua
jutaan, dan ternyata harga seekor kambing saat ini ya sekitar itu juga.
Apalagi sebagian dari mereka mengetengahkan hadits (yang
saya tidak tahu sahih atau daif) mengenai keutamaan dinar dan dirham, misalnya:
Rasulullah Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Dinar
(emas) dan dirham (perak) adalah stempel Allah di muka bumi-Nya, barangsiapa
yang datang dengan mempergunakan stempel tuhannya, maka akan dicukupi semua
kebutuhannya” (Hadits Riwayat Imam Ath-Thabrani)
"Akan datang suatu masa pada
umat manusia, dimana pada saat itu orang yang tidak memiliki kuning (emas) dan
putih (perak), dia tidak akan mendapatkan kemudahan dalam kehidupan." (HR. ath-Thabarani).
Abu Bakar ibnu Abi Maryam meriwayatkan bahwa beliau
mendengar Rasulullah Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam bersabda, ”Masanya akan tiba
pada umat manusia, ketika tidak ada apapun yang berguna selain dinar dan
dirham.” (Musnad Imam Ahmad Ibn Hanbal).
“Pada akhir zaman, manusia di masa itu semestinya memiliki
dirham-dirham dan dinar-dinar untuk menegakkan urusan agamanya dan dunianya”
(Hadits riwayat Imam Al-Tabrani sebagaimana terdapat dalam kitab Jami’u As-Saghir
karya Imam As-Suyuti)
Terlepas apakah hadits di atas tersebut sahih atau tidak,
saya merasakan bahwa tidak ada salahnya jika seandainya kita memiliki harta
berlebih, kita menginvestasikannya dalam bentuk [uang] emas atau perak, karena
harga emas dan perak yang cenderung stabil. Apalagi sejak saya menonton video
di youtube tentang ceramah dari Ustad Zulkifli bahwa dunia ini sudah diambang
akhir zaman. Dan menurut ustad Zulkifli, pada akhir zaman nanti, diperkirakan
teknologi sudah tidak dapat dipergunakan lagi, dan kehidupan manusia akan
kembali ke zaman primitif. Misalnya perang pada akhir zaman nanti tidak lagi
menggunakan senjata nuklir atau senapan dan pistol, melainkan kembali
menggunakan pedang.
Demikian halnya dalam bertransaksi. Jika apa yang dikatakan
oleh ustad Zulkifli benar bahwa kehidupan manusia akan kembali ke zaman
primitif, maka tentu saja uang kertas tidak akan laku lagi. Apalagi kartu
kredit, paypal dan uang virtual seperti bitcoin.
Jika hal ini memang benar-benar terjadi, tentunya manusia akan kembali
menggunakan emas dan perak dalam bertransaksi.
Investasi dalam Emas atau Perak?
Jika anda membaca judul artikel ini, tentunya anda sudah
bisa menebak, mana yang saya pilih, apakah investasi dalam bentuk [koin] emas
atau dalam bentuk [koin] perak.
Ada berbagai hal yang membuat saya memilih untuk menginvestasikan
uang saya dalam bentuk [koin] perak daripada emas.
Pertama, nilai perak saat ini jauh dibawah nilai semestinya
(undervalued). Jika di jaman dulu
mungkin harga 1 gram emas kurang lebih hanya sepuluh hingga 12 kali harga 1
gram perak, maka saat ini harga satu gram emas sekitar 50x hingga 70x harga 1
gram perak. Kenapa harga perak bisa merosot jauh dibanding dengan harga perak
di zaman Nabi? Hal ini terkait dengan alasan kedua.
Alasan kedua kenapa saya memilih untuk berinvestasi dalam
bentuk perak adalah karena jika memang benar terjadi zaman huru-hara atau zaman
fitnah, atau masa kekacauan (atau apapun namanya), yaitu dimana kehidupan
manusia akan kembali ke zaman primitif, maka uang perak-lah yang akan lebih
banyak digunakan dalam bertransaksi sehari-hari, seperti membeli makanan,
pakaian dll.
Misalnya, tidak mungkin kita membeli sepotong ayam bakar
dengan membayar menggunakan uang dinar yang nilainya sekitar 2 juta rupiah.
Yang paling realistis adalah jika kita membayarnya dengan koin perak yang
nilainya “hanya” sekitar 30 ribu perak
hingga 200 ribu rupiah (nilai saat ini).
Sementara uang emas hanya akan dipakai sesekali saja, yaitu
untuk membeli barang-barang yang cukup mahal harganya, seperti membeli kambing,
sapi, kuda, dll. Sedangkan untuk transaksi harian, tentu saja yang akan lebih
sering dipakai adalah uang perak, bukan uang emas.
Hal ini juga bisa kita lihat di dalam Alkitab, dimana, dalam
berbagai ayat Alkitab disebutkan berbagai hal yang harus dibayar dengan
menggunakan syikal (shekel) perak.
Misalnya:
“Tetapi jika lembu itu menanduk seorang budak laki-laki atau
perempuan, maka pemiliknya harus membayar
tiga puluh syikal perak
kepada tuan budak itu, dan lembu itu harus dilempari mati dengan batu.” (Kel
21:32)
” Inilah yang harus dipersembahkan tiap-tiap orang yang akan
termasuk orang-orang yang terdaftar itu: setengah syikal,
ditimbang menurut syikal kudus--syikal ini dua puluh gera beratnya--; setengah syikal
itulah persembahan khusus kepada TUHAN.” (Kel 30:13)
“… maka tentang nilai bagi orang laki-laki dari yang berumur
dua puluh tahun sampai yang berumur enam puluh tahun, nilai itu harus lima
puluh syikal perak, ditimbang
menurut syikal kudus.” (Im 27:3)
“Jikalau itu mengenai seorang dari yang berumur satu bulan
sampai yang berumur lima tahun, maka bagi laki-laki nilai itu harus lima syikal
perak, dan bagi perempuan tiga syikal
perak.” (Im 27:6)
“Mengenai uang tebusannya, dari sejak berumur satu bulan
haruslah kautebus menurut
nilainya, yakni lima syikal perak ditimbang
menurut syikal kudus … “ (Bil 18:16)
“… mendenda dia seratus syikal perak dan memberikan perak itu kepada
ayah si gadis--karena laki-laki itu telah membusukkan nama seorang perawan
Israel. Perempuan itu haruslah tetap menjadi isterinya; selama hidupnya tidak
boleh laki-laki itu menyuruh dia pergi.” (Ul 22:19)
“maka haruslah laki-laki yang sudah tidur dengan gadis itu
memberikan lima puluh syikal perak
kepada ayah gadis itu, dan gadis itu haruslah menjadi isterinya, sebab
laki-laki itu telah memperkosa dia; selama hidupnya tidak boleh laki-laki itu
menyuruh dia pergi.” (Ul 22:29)
Dan masih banyak lagi. Intinya, banyak transaksi di dalam
Alkitab yang harus dibayar dengan menggunakan [mata uang] syikal perak. [FYI:
konon, mitsqal dalam Islam memiliki
akar kata yang sama dengan syikal
atau shekel)
Nah, karena pada masa dulu, uang perak-lah yang paling
sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, bukannya uang emas, maka tentunya
permintaan akan uang perak di masyarakat sangat tinggi, dan hal inilah yang
menyebabkan nilai uang perak pada saat
itu harganya mencapai sekitar sepersepuluh atau seperduabelas dari uang emas;
tidak seperti sekarang yang harganya hanya sekitar seperlimapuluh dari uang
emas.
Jadi, fungsi utama uang perak sebenarnya adalah untuk melakukan
transaksi harian. Inilah yang menyebabkan harga perak di masa lalu tinggi,
karena ia banyak dicari. Pada zaman modern, fungsi uang perak sebagai alat
pembayaran dalam transaksi sehari-hari sudah digantikan oleh uang kertas,
sehingga permintaan akan perak turun drastis, akibatnya harga perak pun merosot
jika dibandingkan beberapa abad lalu.
Alasan ketiga dan keempat adalah karena dana saya yang
terbatas dan ukuran uang itu sendiri.
Berhubung dana saya terbatas, hanya beberapa juta saja
(tidak sampai puluhan juta), maka perak-lah yang lebih cocok untuk saya.
Katakanlah, saya memiliki kelebihan uang Rp 2.500.000,-. Dengan dana sekitar
itu, saya hanya bisa mendapatkan 1 dinar keluaran PT Antam seberat 4,25 gram
atau Gold Coin ukuran 1/10 oz (3,1 gram) yang diameternya sangat kecil,
sehingga uang tsb relatif mudah hilang. Lain halnya jika saya membeli koin
perak. Dengan uang senilai yang sama, saya bisa membeli beberapa keping koin
perak seberat 1 oz yang ukurannya jauh lebih besar daripada koin emas 1/10 oz.
Nah, itulah beberapa alasan kenapa saya memilih untuk
berinvestasi dalam koin perak ketimbang emas.
Namun demikian perlu saya sampaikan salah satu kekurangan
berinvestasi di uang perak. Salah satu kelemahan perak murni 99,9% adalah ia
merupakan jenis logam lunak dan relatif gampang kotor, sehingga ia memerlukan
perawatan yang cukup memadai. Perak relatif lebih mudah menjadi kusam atau
bahkan menjadi hitam jika dibandingkan emas.
Silver coin atau koin dirham buatan PT Antam?
Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah sebaiknya kita
berinvestasi dalam silver coin internasional (seperti American Eagle, Maple
Leaf, Austrian Philharmonic, Libertad, dll) ataukah dalam bentuk koin dirham
keluaran PT Antam? Terus terang, saya pribadi memilih untuk membeli koin perak
internasional seperti Silver Eagle atau Maple Leaf.
Kenapa saya memilih untuk membeli koin perak international
bukannya membeli uang dirham yang dikeluarkan oleh PT Antam?
Ada sejumlah alasan yang membuat saya memilih untuk membeli
koin perak internasional ketimbang membeli uang dirham lokal keluaran PT Antam.
Pertama karena koin international memiliki standar yang
hampir seragam di seluruh dunia, yaitu menggunakan satuan troy ounce, yaitu sekitar 31,1 gram. Negara-negara dari berbagai
belahan penjuru dunia, sebut saja misalnya Amerika Serikat, Canada, Mexico,
Australia, New Zealand, Inggris, Austria, Armenia, dan Somalia; menggunakan
standar yang sama, yaitu troy ounce.
Sedangkan uang dirham
PT Antam menggunakan standar sesuai fikih yang biasa kita kenal, yaitu 1 dirham
= 2,975 gram. Perlu diketahui bahwa ketentuan bahwa 1 dirham = 2,975 gram
bukanlah satu-satunya standar yang digunakan di dalam dunia Islam. Karena
selain PT Antam, ada juga pihak lain yang menerbitkan uang dirham dengan
standar yang berbeda, misalnya Islamic
Mint Nusantara, yang menetapkan bahwa 1 dirham sama dengan 3.11 gram yang
kurang lebih sama dengan ukuran 1/10 oz. Namun sayangnya ketika saya ingin
membeli uang dirham keluaran IMN, saya tidak/belum dapat menemukan situs yang
menjual dirham produksi IMN tsb.
Alasan kedua, terus terang saya meragukan ketentuan yang
menyatakan bahwa berat 1 dirham perak = 2,975 gram. Kalau saya baca-baca lebih
lanjut, ketentuan tersebut tidak berasal Nabi Muhammad, melainkan konon berasal
dari khalifah Umar bin Khattab, atau bahkan mungkin baru ditetapkan pada zaman
dinasti Umayah yaitu pada masa pemerintahan Abdul Malik. Jujur saja, saya lebih
percaya keterangan di Wikipedia daripada kitab fikih yang menyatakan bahwa 1
dirham = 2,975 gram. Apa kata Wikipedia? The Arabic unit of
currency known as dirham
(in the Arabic language, درهم),
known from pre-Islamic
times and afterwards, inherited its name from the drachma or didrachm
(δίδραχμον, 2 drachmae).
Menurut Wikipedia, dirham berasal dari bahasa Yunani
drachma, atau mungkin juga dari didrachm (yang berarti dua drachma), dimana
satu drachma sendiri beratnya sekitar 4,3 gram, sehingga 1 didrachm sekitar 8,6
gram. Jika satu dirham beratnya sama dengan satu drachma, semestinya berat satu
dirham perak kurang lebih sama dengan berat satu gram emas.
Alasan ketiga adalah karena uang dirham keluaran PT Antam “hanya”
memiliki kadar perak sekitar 92 koma sekian persen, sedangkan koin perak
internasional seperti American Eagle memiliki kadar perak hingga 99,9%.
Canadian Silver Maple bahkan memiliki kadar perak hingga 99,99%.
Alasan keempat, last
but not least, yaitu karena surah Al Kahfi 18:19. Lho apa hubungannya?
Sebagaimana kita ketahui, surah Al Kahfi disunnahkan untuk
dibaca setiap hari Jumat. Bukan itu saja, menurut hadits, permulaan surah Al
Kahfi perlu dihafal untuk melindungi diri kita dari fitnah Dajjal. Kalau yang
saya tangkap dari hadits tersebut ialah bahwa petunjuk yang ada di permulaan
surah Al Kahfi, khususnya kisah mengenai Ashabul Kahfi, perlu kita cermati.
Misalnya saja, ketika nanti Dajjal sudah muncul, kita perlu mencari
perlindungan ke tempat-tempat yang sepi seperti pegunungan, atau berlindung di
sebuah gua. Kita pun juga harus menyiapkan bekal uang (untuk membeli makanan
dsb) selama masa tersebut. Dan bekal yang paling cocok ketika masa fitnah tersebut
berlangsung adalah koin perak!
Di dalam surah Al Kahfi ayat 19 tertulis: ”… Maka suruhlah
salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia
lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu
untukmu …” (QS 18:19)
Saya tidak mengerti bahasa Arab, tetapi saya mengerti bahasa
Inggris. Dalam beberapa terjemahan Al Quran berbahasa Inggris, kata uang perak
di dalam ayat tersebut diterjemahkan sebagai silver coin (dalam bentuk
tunggal). Kemudian kalau kita cermati lagi bahwa dengan menggunakan satu keping
uang perak, para pemuda ashabul kahfi berharap dapat membeli makanan yang cukup
untuk 5-7 orang.
Kalau kita menggunakan uang dirham, kita akan ketahui bahwa nilai uang dirham itu sekitar 3 gram X 11000 rupiah (harga beli perak), sehingga nilai uang satu dirham itu sekitar 33.000 rupiah. Padahal dengan uang 33.000 kita tidak dapat berharap dapat membeli makanan yang cukup untuk 5-7 orang.
Kalau kita menggunakan uang dirham, kita akan ketahui bahwa nilai uang dirham itu sekitar 3 gram X 11000 rupiah (harga beli perak), sehingga nilai uang satu dirham itu sekitar 33.000 rupiah. Padahal dengan uang 33.000 kita tidak dapat berharap dapat membeli makanan yang cukup untuk 5-7 orang.
Namun, kalau kita asumsikan bahwa mereka menggunakan uang
perak Yunani, dimana pecahan uang perak Yunani antara lain mengenal didrachm
(8.6 gram), tetradrachm (17 gram), dan dekadrachma (43 gram), dan jika kita
mengasumsikan bahwa uang yang dibawa oleh pemuda kahfi itu adalah dekadrakhma,
maka semuanya menjadi masuk akal, karena 1 dekadrakhma itu harganya sekitar
400.000 dan itu sudah lebih dari cukup untuk membeli makanan untuk sejumlah
lima hingga tujuh orang.
Koin Perakku
Tadinya saya berniat untuk membeli silver coins dari
apmex.com. Namun sayangnya, ketika saya tanyakan kepada pihak apmex, ternyata
apmex tidak dapat melakukan pengiriman ke Indonesia (walaupun mereka bisa
mengirimkan ke Malaysia dan Australia). Karena saking ngebetnya saya ingin segera
memiliki koin perak, akhirnya terpaksalah saya mencarinya di … ebay. Sebelumnya
saya tidak pernah menggunakan situs ebay ini, dan sebelumnya saya tidak pernah berminat untuk menggunakan situs ebay ini. Namun, setelah saya browsing kesana
kemari, nampaknya ebay-lah tempat yang tepat bagi saya untuk membeli silver
coins. (Ada salah satu situs di Australia yang menjual silver coin dari Perth
Mint, namun untuk bisa membeli dari situs tersebut kita harus melampirkan
berbagai persyaratan seperti fotokopi paspor atau KTP atau SIM yang dilegalisir
oleh notaris!. Yaelah, masak untuk membeli koin perak kita harus ke notaris dulu
sih….)
Akhirnya, sejak beberapa hari yang lalu, saya “terpaksa”
buat akun paypal dan akun ebay (pembayaran die bay harus menggunakan paypal).
Dan sejak itu, saya jadi rajin membrowsing ebay untuk mencari-cari koin perak
yang saya inginkan. Tanpa terasa, sudah belasan kali saya order dari ebay (dan
membuat tagihan kartu kredit saya membengkak, hehehe). Sejauh ini, saya sudah
memesan American Eagle, Canadian Maple Leaf, Austrian Philharmonic, Somalian Elephant, Noah’s Ark dari Armenia dan sebagainya. Namun, hingga hari ini koin
saya belum ada yang datang.
Namun, yang jelas, koin perak yang pertama kali saya pesan adalah 2 oz Somalian Elephant, dengan alasan karena koin tersebut lebih besar dari koin standar 1 oz dan Somalian Elephant memiliki kadar perak 99,99% atau setara dengan Maple Leaf dari Kanada. Sayangnya, Maple Leaf tidak tersedia dalam ukuran 2 oz, sehingga saya terpaksa melirik merek lain yang menyediakan ukuran 2 oz, dan Somalian Elephant adalah pilihan saya.
Alasan saya membeli koin perak 2 oz adalah karena saya ingin memastikan bahwa koin perak tersebut dapat cukup untuk membeli makanan untuk 5 atau bahkan 7 orang, dimanapun saya berada, entah itu di Indonesia, di Arab, atau di Australia atau Amerika sekalipun. (Nilai 2 oz perak kurang lebih sekitar $40, dan itu sudah cukup untuk membeli dua ekor ayam bakar).
Alasan saya membeli koin perak 2 oz adalah karena saya ingin memastikan bahwa koin perak tersebut dapat cukup untuk membeli makanan untuk 5 atau bahkan 7 orang, dimanapun saya berada, entah itu di Indonesia, di Arab, atau di Australia atau Amerika sekalipun. (Nilai 2 oz perak kurang lebih sekitar $40, dan itu sudah cukup untuk membeli dua ekor ayam bakar).