Inti ajaran Injil terdapat dalam Kotbah di Bukit (Matius 5-7). Dan Kotbah di Bukit diawali dengan sejumlah Ucapan Bahagia (the Beatitudes) yang menurut saya merupakan rekap dari ajaran Yesus.
Ucapan Bahagia (the Beatitudes) tsb adalah seperti ini:
“Blessed are the poor in spirit,
For theirs is the kingdom of heaven.
4 Blessed are those who mourn,
For they shall be comforted.
5 Blessed are the meek (or the humble),
For they shall inherit the earth.
6 Blessed are those who hunger and thirst for righteousness,
For they shall be filled.
7 Blessed are the merciful,
For they shall obtain mercy.
8 Blessed are the pure in heart,
For they shall see God.
9 Blessed are the peacemakers,
For they shall be called sons of God.
10 Blessed are those who are persecuted for righteousness’ sake,
For theirs is the kingdom of heaven.
Saya pernah menuliskan dalam artikel saya yang lain, bahwa nabi-nabi yang disebutkan dalam QS An Nisa 163 memiliki kesamaan tema dengan setiap ucapan bahagia yang ada. Misalkan, Yesus adalah seorang nabi yang miskin (poor). Kisah Yunus mengajarkan kita tentang pertobatan dan memaafkan (merciful). Ayub adalah seorang nabi yang menderita sedemikian rupa sehingga beliau berduka (mourning). Nabi Harun dikenal sebagai seorang imam yang mengurusi masalah korban dan kesucian (purification) sehingga lekat dengan orang yang suci hatinya. Nabi Sulaiman terkenal dengan kebijakannya sehingga identik dengan orang yang haus dan lapar akan kebenaran dan keadilan. Nabi Daud adalah seorang yang lembut hatinya atau rendah hati (humble/meek).
Nah, apakah keseluruh ucapan bahagia tersebut harus dilaksanakan oleh semua manusia, termasuk bangsa gentiles atau bangsa non-Yahudi? Saya rasa jawabannya adalah tidak. Sebagai contoh, jika semua manusia di bumi ini adalah orang-orang miskin semua, karena mereka semua mengikuti ajaran Yesus misalnya, maka bumi akan menjadi tempat yang tidak ideal. Akan lebih baik jika semua manusia di bumi adalah orang yang kaya, atau paling tidak berkecukupan. Oleh karena itu, saya percaya bahwa tidak semua ucapan bahagia tersebut di atas harus dilaksanakan oleh setiap orang agar bisa masuk ke dalam sorga.
Lalu ucapan mana saja yang mengikat kepada semua orang (semua bangsa) dan mana yang tidak? Saya kembali menggunakan An Nisa 163 sebagai patokan, di mana setiap nabi yang disebutkan dalam An Nisa 163 berkorelasi dengan salah satu ucapan bahagia dalam the Beatitudes.
Kita tahu bahwa tidak semua nabi yang disebut dalam An Nisa 163 diutus untuk segala bangsa (gentiles). Misalnya Nabi Yesus di dalam Quran maupun di dalam Injil Matius dinyatakan hanya diutus untuk bangsa Israel. Begitu juga Nabi Harun jelas-jelas diutus khusus untuk bangsa Israel.
Akan tetapi Nabi Ayub jelas-jelas bukan orang Israel, sehingga tema Nabi Ayub yang lekat dengan suffering dan mourning juga berlaku untuk bangsa gentiles. Demikian juga Nabi Yunus yang diutus untuk penduduk Niniwe, yaitu bangsa gentiles, maka tema kisah Nabi Yunus yaitu mengenai pertobatan dan memaafkan juga relevan untuk bangsa gentiles. Sedangkan untuk Nabi Sulaiman dan Nabi Daud, karena keduanya adalah seorang raja yang bukan hanya memerintah bangsa Israel namun juga bekerja sama dengan bangsa lain, maka saya percaya bahwa tema kedua nabi tsb (hunger and thirst for righteousness and being humbe) bersifat universal.
Dengan kata lain, terdapat tiga ucapan yang tidak wajib diterapkan oleh bangsa gentiles, yakni menjadi miskin, suci hatinya (karena memang hampir tidak ada manusia yang benar-benar suci hatinya), dan pembawa damai.
Sedangkan ucapan selain yang tiga tadi dapat diterapkan oleh semua bangsa. Misalkan suffering, hampir semua orang dalam berbagai tingkatan pernah menderita, atau minimal pernah merasa menderita. Entah itu karena kesulitan ekonomi, dililit utang, masalah pekerjaan yang sangat menguras waktu dan tenaga, masalah kesehatan, karena keluarga yang meninggal dunia sebelum waktunya, anggota keluarga yang bermasalah, karena punya tetangga dengan perangai buruk, dan sebagainya.
Begitu juga dengan sifat merciful, hendaknya dimiliki oleh semua orang. Karena jika kamu tidak bisa memaafkan kesalahan orang lain maka Tuhan juga tidak akan mengampuni kesalahanmu. Dan dalam tulisan saya yang lain, saya pernah menghubungkan sifat merciful ini dengan dosa mencuri (theft, do not steal) yang merupakan salah satu larangan dalam tujuh hukum Nabi Nuh (the Seven Laws of Noah). Nah, beberapa rabbi menyatakan bahwa larangan pencurian ini merupakan salah satu hukum yang paling sulit untuk diterapkan. Karena masalah pencurian dapat meliputi berbagai aspek yang luas, termasuk masalah hak cipta (menonton film bajakan), bermain HP pada saat jam kerja, lembur fiktif, tidak membayar utang, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, karena kebanyakan orang termasuk kita sendiri mungkin pernah melanggarnya, walaupun dalam skala yang kecil, maka kita pun harus memaklumi hal tsb dan bersedia memaafkan orang lain.
Kemudian, masing-masing orang didorong untuk lapar dan haus akan kebenaran dan keadilan. Atau, setiap orang sangat dianjurkan untuk belajar ilmu agama, sehingga masing-masing memiliki hikmah. Well, mungkin tidak semua orang diwajibkan untuk belajar ilmu agama sampai tingkat tinggi, karena hanya sebagian orang saja yang memiliki kapasitas untuk menuntut ilmu sampai tingkat tertinggi, misalnya hakim-hakim atau ahli ilmu atau ahli fikih.
Sedangkan untuk sikap rendah hati, maka setiap orang diwajibkan untuk memiliki sifat rendah hati atau humble, atau dengan kata lain setiap orang wajib menjauhi sifat sombong atau arogan. Karena barang siapa meninggikan dirinya sendiri maka ia akan direndahkan, sedangkan siapa yang merendahkan dirinya sendiri maka ia akan ditinggikan.
Wa Allahu a'lam
Jakarta, 4 Januari 2025