Senin, 16 Januari 2017

Grammatical Error di dalam Al Quran?

Baru-baru ini saya membaca sebuah ulasan mengenai kesalahan tata bahasa (grammatical errors) di dalam Al Quran, salah satunya adalah kata butunihi di dalam ayat QS 16:66 yang menurut mereka semestinya adalah butuniha sesuai dengan ayat serupa yang ada di dalam Surah Al Mukminun (QS 23).
Menurut mereka, butunihi pada ayat QS 16:66 itu merupakan bentuk tunggal (singular), namun ini tidak sesuai dengan  butuniha yang merupakan betuk jamak (plural) pada ayat yang serupa di surah 23. Menurut mereka lagi, hanya satu saja yang benar, sedangkan yang lain pasti salah. Benarkah demikian?

Saya tidak bisa berbahasa Arab, oleh karena itu saya tidak akan menjelaskannya di dalam bahasa Arab.
Tetapi saya sedikit banyak sudah mengerti konsep singular/plural di dalam bahasa Inggris.

Saya pernah mengikuti diklat bahasa Inggris ketika saya mengikut Pre-Departure Training pada tahun 2012, yaitu sebelum saya kuliah di luar negeri. Sebagian pengajarnya adalah native speaker. Dalam salah satu pelajaran yang saya ikuti, ada satu soal berbahasa Inggris yang kurang lebih seperti ini: Orang-orang (people) berangkat kerja menggunakan mobil (car= singular). Saya tidak ingat persis, apakah ketika itu di dalam soal disebutkan "bus" atau "car", tetapi yang jelas, kata tersebut (entah bus atau car) dalam bentuk tunggal (singular).
Saya mempertanyakan hal ini kepada si pengajar (native speaker), bukankah seharusnya kata tsb dalam bentuk plural (buses atau cars)? Kata si pengajar, tidak harus. Karena seseorang, pada suatu waktu, pasti dia hanya naik satu mobil saja.

Walaupun mungkin dalam kalimat di atas, bentuk tunggal adalah bentuk yang lebih lazim, namun tidak menutup kemungkinan bahwa bentuk jamak pun bisa digunakan. Misalnya di Jakarta, dimana banyak orang yang pergi ke kantor bukan  hanya naik satu bus, namun berganti-ganti bus, dan itu adalah hal yang normal di Jakarta. Maka dalam kasus demikian, dapat saja menggunakan kata "bus" (tunggal) atau "buses"(jamak), tergantung persepsi si pembicara.Hal ini membuktikan bahwa penggunaan kata "tunggal" atau "jamak" di dalam kalimat yang sama persis, sangat dimungkinkan dalam kasus-kasus tertentu.


Contoh lain.
Misalnya saya ingin mendekati seseorang. Saya datang kepadanya dan saya berkata kepadanya, "Saya ingin mengenal kamu lebih dekat."
Di lain saat, saya mendekati dia lagi, dan saya berkata kepadanya, "Saya ingin mengenal kamu lebih jauh lagi."
Walaupun kedua kalimat di atas menggunakan kata yang berlawanan, namun kedua kalimat di atas mempunyai maksud yang sama, yaitu "saya ingin lebih mengenal kamu".

Jika ada orang yang mengatakan bahwa dari dua kalimat di atas, tidak mungkin dua-duanya benar, hanya salah satu saja yang boleh benar; maka sebenarnya orang itu tidak mengerti bahasa Indonesia.