Sabtu, 03 Desember 2022

Euforia Arab Saudi

Pada babak penyisihan piala dunia 2022 pada tanggal 22 November 2022 yang lalu, tim Arab Saudi secara mengejutkan berhasil menumbangkan kesebelasan Argentina yang merupakan salah satu favorit juara. Terjadi euforia pada negara Arab Saudi, hingga Raja Salman mengumumkan libur pada esok harinya. Bahkan terdapat kabar bahwa seluruh pemain kesebelasan Arab Saudi akan diberi hadiah berupa mobil mewah roll royce.

Namun apa yang terjadi kemudian? Arab Saudi kalah dua kali berturut-turut, sehingga Arab Saudi gagal melaju ke babak berikutnya. 

Pelajaran apa yang bisa dipetik dari euforia sesaat kesebelasan Arab Saudi? Tentu saja, kita tidak boleh merasa bangga atau jumawa jika kita berhasil dalam suatu hal. Jika seandainya kita berhasil dalam satu hal, hal tersebut tidak menjamin bahwa kita akan sukses juga dalam hal yang lain.

Euforia Arab Saudi mengingatkan saya kepada sikap umat Islam. Kalau saya perhatikan, banyak umat muslim yang merasa bangga dengan agamanya sendiri, atau lebih parah lagi, mereka bangga pada alirannya sendiri, seraya meremehkan agama atau aliran lain. 

Sebagai analogi, misalnya tim Arab Saudi saya contohkan merepresentasikan umat Islam Ahli Sunnah wal Jama'ah. Sementara tim Argentina merepresentasikan umat Katolik. Kita, umat Islam, merasa bangga bahwa kita adalah umat pilihan Tuhan, sedangkan kita menganggap bahwa umat Katolik itu sesat dan kafir. Sehingga sebagian dari kita sudah berani untuk memvonis bahwa kita akan masuk surga, sementara umat Katolik akan masuk neraka. Nah, disinilah masalahnya. Masalahnya, tauhid atau hablum minallah itu bukanlah satu-satunya tolok ukur untuk masuk surga. Selain hablum minallah masih ada hablum minannas. Jika kita merasa berhasil dalam hablum minallah (walaupun pada kenyataannya ibadah kita selama ini belum tentu diterima Allah), belum tentu kita akan berhasil juga dalam hablum minannas. Malah, kalau boleh saya katakan, sepertinya kalau soal urusan hablum minannas, nampaknya rata-rata umat Islam masih kalah jika dibandingkan dengan umat Katolik atau umat Kristen. Jadi, boleh jadi pada akhirnya skor akhir antara umat Muslim dibandingkan umat Katolik, akan berimbang, atau jangan-jangan malah dimenangkan oleh umat Katolik (God forbid). Oleh karena itu, seyogyanya setiap insan muslim harus mengikis habis sikap sombong dan jumawa yang ada di dalam hatinya, dan jangan sampai kita meremehkan umat lain yang kita anggap sesat.

Kembali ke piala dunia, ternyata Arab Saudi gagal melaju ke babak berikutnya. Sedangkan Argentina justru berhasil melangkah ke babak berikutnya. Saya tidak akan heran jika seandainya Agerntina akan berhasil masuk ke babak perempat final, atau babak semifinal piala dunia 2022.

Kamis, 03 November 2022

Menafsirkan Kitab Itu (Dzalikal kitaabu)

"Kitab itu tidak ada keraguan, petunjuk bagi orang-orang yang takut (God-fearers)" (QS 2:2) 

Kata "kitab itu" atau dzalikal kitaabu sering diartikan oleh mayoritas muslim sebagai "kitab ini" (yakni Al Quran). Demikian pendapat mayoritas.

Namun benarkah pendapat tersebut? Ternyata, jika kita membaca kitab Tafsir Thabari atau Tafsir Qurthubi, itu bukanlah satu-satunya pendapat. Ini karena pada dasarnya kata dzalika (itu) menunjukkan sesuatu yang ghaib atau yang tidak ada di hadapan. Atau mengisyaratkan sesuatu yang jauh dan tidak tampak. 

Dalam tafsir Thabari maupun Qurthubi terdapat dua pendapat yang menurut saya sama-sama masuk akal, dimana penafsiran tersebut tetap mengartikan kata dzalika sebagaimana makna literalnya.

Pertama, yang dimaksud "kitab itu" adalah surat-surat Al Quran yang diturunkan sebelum surat Al Baqarah, alias seluruh surat Makkiyah.

Kedua, yang dimaksud "kitab itu" adalah kitab Taurat dan Injil. Namun, kalau yang dimaksud Taurat dan Injil, kenapa disebut dalam bentuk tunggal? Bisa saja, menurut suatu pendapat (Qurthubi), sama ketika Al Quran menyatakan, "sapi betina tersebut tidak tua dan tidak muda, pertengahan antara itu" (QS 2:68). Jika dicermati, kata yang digunakan adalah baina dzalik (antara itu/dalam bentuk tunggal), bukan bainahuma (antara keduanya).

Jika demikian, maka saya berpendapat bahwa bisa saja yang dimaksud dengan "kitab itu" adalah kitab Injil, karena redaksi yang digunakan mirip dengan apa yang ada pada QS 5:46. Atau bisa jadi yang dimaksud "kitab itu" adalah surat-surat yang diturunkan di Mekkah (Makkiyah). Dan ini seperti yang pernah dikemukakan oleh ulama asal Sudah Muhammad Thaha dan An Naim, yang kurang lebih menyatakan bahwa surat-surat Makkiyah berlaku universal dan adil, sehingga surat-surat Makkiyah lebih tepat untuk diterapkan di zaman modern ini ketimbang surat-surat Madaniyah.

Atau bisa jadi, yang dimaksud dengan "kitab itu" adalah keduanya sekaligus, yakni kitab Injil dan juga Al Quran surat-surat Makkiyah. Ini sebagaimana kata dzalika dalam Al Baqarah 68 sebagaimana penafsiran Imam Qurthubi, yang bisa dimaksudkan untuk dua hal sekaligus. Ini karena baik kitab Injil maupun surat-surat Makkiyah dari Al Quran sama-sama bersifat universal, tidak seperti Taurat yang khusus diturunkan untuk bani Israel, maupun surat-surat yang diturunkan di Madinah yang sangat terikat oleh ruang dan waktu.

Wa Allahu a'lam

Jumat, 28 Oktober 2022

Keistimewaan Kitab Injil dan Nabi Isa bin Maryam

Mengapa belasan tahun belakangan ini saya tertarik dengan Kitab Injil dan Nabi Isa, sehingga saya mencoba untuk mengidentifikasi kitab apakah sebenarnya yang dimaksud dengan kitab Injil tsb? (Spoiler alert: setelah sekian tahun saya membaca sejumlah buku dan sejumlah tulisan, saya berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kitab Injil tsb adalah Injil Lukas, atau Injil ketiga dalam Perjanjian Baru).

Berikut ini beberapa alasan keistimewaan Nabi Isa bin Maryam dan/atau Kitab Injil.

1. Allah sudah menjanjikan di dalam Al Quran surat Al Imran 55 bahwa Allah akan menjadikan para pengikut Nabi Isa di atas orang-orang kafir hingga hari kiamat. Para pengikut Nabi Isa tentulah adalah Ahli Injil yang disebut dalam Al Maaidah 47.

2. Pada ayat lain, Al Quran menyatakan bahwa tidak ada seorangpun Ahli Kitab kecuali ia akan beriman kepada Nabi Isa bin Maryam (QS 4:159). Ayat ini dan ayat QS 3:55 di atas merupakan indikasi akan datangnya Nabi Isa kembali ke dunia menjelang hari akhir (the second coming of Jesus). Untuk mengantisipasi kedatangan kembali Nabi Isa bin Maryam, maka alangkah baiknya jika kita mempelajari kitab yang diturunkan kepada beliau (Injil). Hal ini antara lain agar dengan mempelajari Injil kita dapat langsung mengenali Nabi Isa ketika beliau datang kepada kita, dan kita bisa langsung "tune in" atau se-frekuensi dengan beliau.

3. Intisari dari ajaran seluruh kitab suci sebelum Injil mulai dari Taurat sampai dengan kitab Nabi-Nabi (Nevi'im) sudah terkandung di dalam kitab Injil. Di dalam Injil Sinoptik, Yesus pernah ditanya mengenai Hukum yang Terutama dalam kitab Taurat: Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?". Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum kedua yang sama dengan itu ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan Kitab Para Nabi (Mat 22: 35-40)." Referensi lain ada di kitab Lukas 10:26-27. Dengan mempelajari kitab Injil otomatis kita bisa memahami pokok-pokok ajaran Kitab Taurat dan Kitab Nabi-Nabi (Nevi'im). [Catatan: selama ini umat Islam hanya fokus pada Kalimat Tauhid, Laa ilaaha illallah. Walaupun tidak ada yang salah dengan hal ini, namun terkadang kita terlena dengan hukum kedua yang juga penting. Kita malah sering menghakimi orang lain, dan kita enggan untuk membantu orang miskin di sekitar kita yang sedang kesusahan. Kita berpikir bahwa asalkan kita sudah sholat, membayar zakat, dan puasa, maka kita akan aman-aman saja. Maka seolah-olah kita tidak merasa berdosa ketika kita menghakimi orang lain. Na'udzu billahi min dzalik]

4. Kitab Injil inilah yang saya duga merupakan kitab suci yang diwariskan kepada orang-orang pilihan (hanya kepada orang-orang tertentu saja) sebagaimana dimaksud di dalam surat Fathir ayat 32:  "Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar."

Dalam tafsir Thabari ia berpendapat bahwa ayat QS 35:32 ini merujuk kepada kitab-kitab suci sebelum Al Quran. Namun, sebagaimana tersebut dalam poin di atas, pokok-pokok ajaran kitab Taurat dan Kitab Nabi-nabi sudah terkandung di dalam Injil maka kitab Injil merupakan kandidat terbaik sebagai kitab (dalam bentuk tunggal) yang diwariskan kepada orang-orang terpilih. Selain itu, ayat di atas kurang cocok untuk diterapkan pada Kitab Taurat, karena kitab Taurat itu diwariskan hanya kepada bani Israel. Sedangkan kitab Injil diturunkan untuk seluruh umat manusia (ref Mark 13:10, Mark 16:15, dan Mat 24:14).

Namun, jangan salah. Kitab Injil yang saya maksud adalah Injil Lukas, bukan seluruh Injil yang ada di dalam Perjanjian Baru. Oleh karena itu dalam surat Fathir 32 tersebut dituliskan bahwa Kitab itu diwariskan kepada orang-orang yang Kami pilih. Artinya bukan kepada semua orang. Kita tahu bahwa pemahaman mayoritas orang Kristen sudah terkontaminasi oleh doktrin sesat trinitas, sehingga injil Lukas ini sering terlewatkan (overlooked) oleh orang Kristen. Atau walaupun orang Kristen memiliki Injil Lukas, namun orang Kristen memahami Injil Lukas dengan pemahaman yang salah, sehingga walaupun mereka membacanya boleh jadi mereka tidak memahami maksud sebenarnya. Jadi walaupun seseorang membaca Injil Lukas, belum tentu ia bisa memahami ajaran Yesus yang sebenarnya, karena di dalam pikirannya sudah terkontaminasi oleh doktrin-doktrin sesat yang berasal dari ajaran manusia.

Semoga kita umat Islam termasuk hamba-hamba-Nya yang terpilih untuk mewarisi Kitab Suci yang dimaksud dalam QS 35:32 tersebut, Amen.

5. Ayat serupa di atas juga terdapat dalam Injil Thomas pasal 109, dimana diriwayatkan sebuah perumpamaan (parable) tentang seorang ahli waris yang tidak memahami betapa berharganya warisan yang diterimanya. Kemudian si ahli waris ini menjual warisan tsb kepada orang lain dengan harga yang sangat murah. Pembeli warisan tersebut mengetahui betapa berharganya warisan yang dibelinya tersebut, sehingga si pembeli warisan mendapatkan keuntungan yang sangat besar dari transaksi jual-beli ini. Hal ini mengindikasikan bahwa hanya orang-orang terpilih saja yang bisa mengenali betapa berharganya harta yang terkandung dalam warisan tersebut. Maka warisan tersebut akan cocok jika diinterpretasikan sebagai kitab Injil. Karena orang-orang Israel sebagai ahli waris seharusnya dari Kitab Injil malah tidak dapat mengenali kebenaran dari ajaran Nabi Isa dan Kitab Injil, sehingga kemudian kitab Injil tersebut dilimpahkan kepada "bangsa lain yang akan menghasilkan buah kerajaan tersebut". Demikian juga orang-orang Kristen yang memiliki kitab Injil ini, bisa jadi mereka salah fokus terhadap kitab Injil. Alih-alih berfokus pada Injil Lukas dan/atau Injil Matius [atau Double Tradition], mereka malah fokus kepada kitab buatan manusia seperti Injil Yohanes dan surat-surat Paulus. Sehingga kebanyakan mereka sama seperti bangsa Israel yang gagal memahami ajaran sebenarnya yang terkandung dalam kitab Injil yang asli. Hal ini sebagaimana terindikasi di dalam Injil Lukas 13:24-27 dan juga Injil Matius 7:21-23.

6. Dalam QS 2:2 disebutkan bahwa "kitab itu tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi orang-orang yang takut". Pertama frase "orang-orang yang takut" atau kalau dalam bahasa Inggrisnya God-fearers atau God fearing people, mengingatkan saya kepada kaum the Noahides atau bnei Noach. Sedangkan frase "Kitab itu" (bukan kitab ini) seolah merujuk kepada suatu kitab yang bukan kitab Al Quran. Apalagi di dalam QS 5:46 jelas tertulis bahwa kitab injil merupakan petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang yang takut tersebut. Sehingga saya mendapatkan kesan bahwa yang dimaksud sebagai "kitab itu" di dalam QS 2:2 adalah kitab Injil.

7. Di dalam tafsir Qurthubi surat Al Imran ayat 3 terdapat riwayat yang menyatakan bahwa akan terdapat umat akhir zaman yang menghafal Injil. Dan dikatakan bahwa umat tersebut adalah umat Nabi Muhammad SAW. Jadi, boleh jadi umat Nabi Muhammad di akhir zaman akan berpegang pada dua kitab sekaligus, yakni Al Quran dan Injil. Ini seperti yang diindikasikan dalam QS 28:49, bahwa terdapat dua kitab yang memberikan petunjuk. Kemungkinan, kedua kitab yang dimaksud adalah Injil dan Al Quran.

8. Dalam salah sebuah hadits sahih disebutkan suatu kalimat syahadat yang istimewa yang terdiri dari 3 kalimat syahadat sekaligus, yakni (1) bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah yang Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, (2) bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, dan (3) bahwa Isa adalah hamba Allah, rasul-Nya, Kalimat-Nya yang ditiupkan pada Maryam, dan Ruh dari-Nya. Ini mengindikasikan bahwa nabi yang diutus untuk kita bukan hanya Nabi Muhammad saja, melainkan Nabi Muhammad dan Nabi Isa. Apalagi dalam hadits lain diriwayatkan bahwa kelak Nabi Isa akan menjadi pemimpin/imam bagi umat Islam. Haditsnya kira-kira berbunyi, "Bagaimana pendapatmu jika Isa bin Maryam turun ditengah-tengah kalian dan menjadi imam bagi kalian?"

9. Ajaran Injil Lukas tentang kecaman bagi orang-orang kaya yang mengumpulkan harta dan hidup mewah, in-line dengan ajaran Al Quran, terutama dalam surat-surat Makkiyah yang diturunkan pada awal masa kenabian Muhammad seperti surat At Takatsur, Al Humazah,  Al Aadiyat, Al Ma'un, Al Lahab, Al Fajr, Al Lail,  Hud 116, Al Isra 16, Al Mukminun 33, Al Waqiah 45, dan lain sebagainya. 

Demikianlah, mengapa saya percaya bahwa sudah seyogyanya umat Islam membaca dan mempelajari kitab Injil, khususnya Injil Lukas atau the Gospel of Luke

Wa Allahu a'lam 



Selasa, 25 Oktober 2022

Adakah Replacement Theology?

Semua pemeluk agama samawi mungkin sepakat bahwa bangsa Israel adalah bangsa yang dipilih oleh Tuhan. Or at least they were the chosen people. Namun, karena bangsa Israel berulang kali melakukan kesalahan fatal, seperti misalnya membunuh nabi-nabi, maka kemudian Tuhan memutuskan untuk mengganti bangsa Israel dengan "bangsa lain yang akan menghasilkan buah kerajaan". Konsep ini dikenal dengan istilah replacement theology.

Mayoritas orang Kristen percaya dengan replacement theology. Menurut mereka, keistimewaan bangsa Israel sebagai umat pilihan Tuhan telah digantikan oleh Gereja. Demikian juga dengan mayoritas muslim. Mayoritas muslim percaya bahwa agama Islam menggantikan agama Yahudi serta agama Kristen sebagai satu-satunya agama yang benar. Mayoritas muslim percaya bahwa Al Quran me-nasakh hukum-hukum yang terdapat dalam kitab suci sebelumnya. Namun, apakah replacement theology itu benar adanya?

Berdasarkan ayat Injil Sinoptik (Synoptic Gospels) yang saya imani, saya percaya bahwa replacement theology itu memang ada. Ayatnya terdapat pada Injil Matius 21:43 sbb: "Sebab itu aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu". Atau kalau menurut versi Lukas, bahwa "tuan kebun anggur akan membinasakan penggarap-penggarap lama, dan akan mempercayakan kebun anggur itu kepada orang lain" (God forbid). Namun saya percaya bahwa replacement ini hanya temporer atau sementara. Bukan untuk selamanya. Maksud saya temporer di sini bukan berarti seabad atau dua abad, tapi boleh jadi berabad-abad (20 abad?). Dan replacement atau penggantian bangsa Israel sebagai umat pilihan Tuhan ini terjadi sebanyak dua kali. Ini kurang lebih serupa dengan nubuat dalam surah Al Isra ayat 4-6 bahwa bangsa Israel berbuat kerusakan sebanyak dua kali, dan akibatnya mereka akan dihukum sebanyak dua kali pula. Saya memiliki dugaan liar bahwa dua hukuman tersebut adalah dua kali replacement atau penggantian, dimana umat Israel beserta kitab sucinya Tanakh (Taurat, Nevi'im, Ketuvim) akan digantikan oleh Injil (the Gospel) dan kitab Perjanjian Baru pada umumnya, serta oleh Al Quran.

Replacement atau penggantian pertama terjadi pada abad pertama masehi, yaitu ketika orang-orang Yahudi sebagai bangsa pilihan digantikan oleh orang-orang Kristen atau Ahli Injil. Kitab Injil pada awalnya ditulis dalam bahasa Ibrani atau mungkin juga dalam bahasa Aramaic. Itu karena Yesus Kristus berbicara kepada kaumnya dengan bahasa Ibrani atau Aramaic. Namun, naskah injil tertua yang bisa ditemukan adalah naskah injil yang berbahasa Yunani (Koine Greek). Mengapa bisa demikian? Saya menduga karena replacement theology tersebut, yaitu naskah injil asli yang berbahasa Ibrani (Hebrew Gospel/Injil Ebionites/Injil Nazarenes atau matthaaei authenticum?) menghilang dari dunia dan digantikan oleh naskah injil yang berbahasa Yunani. Replacement tahap pertama ini saya duga terjadi selama beberapa abad, yaitu mulai dari abad pertama sampai dengan sekitar abad kelima masehi atau hingga abad ketujuh masehi. Saya membayangkan bahwa pada saat itu kitab Injil merupakan kitab suci yang paling banyak dibaca oleh orang beriman. Orang-orang Kristen perdana pada masa dahulu (umat Nasrani) saya bayangkan hanya fokus pada kitab Injil dan beberapa surat dalam Perjanjian Baru (seperti surat Yakobus/the Epistle of James), bukan pada Perjanjian Lama. Saya membayangkan, pada masa itu orang-orang Kristen merupakan umat terbaik pada masanya (khaira ummah). Buktinya, pada awal kenabian Muhammad, sebagian umat muslim berhijrah ke Ethiopia dan meminta perlindungan kepada orang Nasrani (Ahli Injil). Bahkan di dalam Quran disebutkan bahwa orang Nasrani merupakan sahabat terdekat bagi umat Islam (QS 5:82). 

Namun, keistimewaan orang Kristen/Nasrani berangsur pudar mulai abad ke-4 Masehi dst, khususnya ketika orang Kristen mulai memformulasikan doktrin trinitas sebagai dogma gereja. Dengan masuknya doktrin sesat trinitas ke dalam tubuh agama Kristen maka orang Kristen mulai kehilangan statusnya sebagai umat terbaik. Pada saat yang hampir bersamaan, pada saat itu pula orang kristen mulai memformulakan kanon Alkitab mereka dan mulai secara resmi memasukkan kitab Tanakh (Perjanjian Lama) ke dalam kanon Alkitab. Dengan masuknya kitab Tanakh ke dalam kanon Alkitab orang Kristen, maka secara tidak langsung kitab Tanakh kembali populer dan kembali menjadi kitab suci paling banyak dibaca oleh orang beriman. Ini yang saya anggap sebagai penggenapan dari nubuat yang ada di dalam Al Isra ayat 6 yang menyatakan bahwa umat Yahudi akan mengalahkan umat yang telah mengalahkan mereka dan umat Yahudi kembali menjadi golongan yang lebih besar dari sebelumnya. Ini dengan asumsi bahwa orang Kristen pasti membaca kitab Taurat (setidaknya awal Kitab Kejadian), kitab Nabi-nabi (Nevi'im), serta kitab Mazmur/Ketubim (Mazmur 23 adalah salah satu pasal paling terkenal di dunia). Sementara orang Yahudi tidak membaca Injil. Itulah sebabnya kenapa sejak saat itu kitab Tanakh kembali menjadi kitab suci paling banyak dibaca oleh orang beriman. Selain itu, dari segi akidah/teologi, agama Yahudi (Judaisme) mengungguli agama Kristen. Ini karena agama Kristen mengadopsi doktrin trinitas yang sesat, sedangkan agama Yahudi, sebagaimana agama Islam, menolak doktrin trinitas. Mungkin inilah yang dimaksud dengan "Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka ...."  dalam surah Al Isra ayat 6.

Replacement tahap kedua dimulai pada abad ke-7 Masehi, yaitu ketika Nabi Muhammad diutus sebagai Rasulullah. Sejak saat itu Al Quran menjadi kitab suci bagi kaum ummi/bangsa gentiles. Dan umat mukmin pada saat itu menjadi umat terbaik di masanya (khaira ummah), menggantikan umat Yahudi sekaligus umat Nasrani. Pada saat itu umat Islam menjadi umat terbaik di muka bumi (khaira ummat).

Namun apakah replacement kedua ini akan berlangsung untuk selamanya? Apakah umat Islam akan selalu menjadi yang terbaik dan tak tergantikan sampai akhir zaman? Mungkin tidak. Surah Muhammad ayat terakhir menyatakan bahwa bisa saja Allah menggantikan kaum mukmin dengan kaum yang lain (QS 47:38). Dan mungkin memang seperti itu. Pada akhirnya nanti barangkali bangsa Israel akan kembali menjadi bangsa terpilih atau umat terbaik. Ini sebagai penggenapan sejumlah nubuat dalam Kitab Nabi-Nabi seperti Yesaya, Yehezkiel, Mikha, Zakharia, Malachi, dll yang sampai saat ini belum tergenapi. In the meantime, marilah kita membaca dan mempelajari dua kitab suci yang ditujukan untuk seluruh umat manusia, dan ditulis dalam bahasa gentiles/ummi/non-Ibrani, yakni Injil Lukas (atau Injil Q?) dan Al Quran. Kenapa dua kitab ini, Injil dan Al Quran? Karena saya percaya bahwa dua kitab inilah yang diturunkan untuk seluruh manusia di bumi ini, baik bangsa Israel maupun bangsa gentiles.

Wa Allahu a'lam.

Senin, 24 Oktober 2022

Akan tetapi katakanlah "Kami telah berserah diri"

Di dalam surah Al Hujurat ayat 14 dikisahkan bahwa ada sekelompok orang Arab Badui yang berkata kepada Nabi bahwa mereka telah beriman (Aamanna). Namun dalam ayat tsb, Allah menyuruh Nabi untuk mengatakan kepada mereka "Kamu belum beriman, akan tetapi katakanlah 'Kami telah berserah diri' (Aslamna)". Dalam ayat ini dapat ditangkap bahwa terdapat perbedaan derajat antara orang-orang yang beriman (mukmin) dengan orang-orang yang berserah diri (muslim).

Saya pribadi merasa bahwa tingkatan saya belum mencapai beriman (Aamanna) melainkan masih sebatas berserah diri (Aslamna). Salah satu indikatornya adalah saya merasa belum memenuhi karakteristik orang-orang yang beriman sebagaimana digambarkan dalam surah Al Anfal ayat 2.

Lalu, apakah keselamatan itu hanya untuk orang-orang beriman saja? Saya rasa tidak. Al Quran surah Al Baqarah ayat 62 dan Al Maaidah ayat 69 secara gamblang menjelaskan bahwa keselamatan itu bukan hanya hak istimewa orang-orang beriman (pengikut syariat Nabi Muhammad) melainkan juga terbuka bagi orang-orang Yahudi, sabian (the convert?), dan juga orang-orang Nasrani yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir dan juga melakukan amal sholeh.

Kemudian, apakah syariat untuk orang-orang beriman sama dengan syariat untuk orang-orang yang tunduk atau berserah diri dalam arti luas? Saya rasa tidak. Syariat untuk orang-orang beriman jelas merupakan syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad (misalnya shalat 5 waktu dengan menggunakan bahasa Arab yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, puasa pada bulan Ramadhan, dan sebagainya). Namun, kita semua tahu bahwa Nabi-nabi terdahulu seperti Abraham, Ishak, Yakub, Musa, dan Isa, tidak mungkin melakukan sholat sebagaimana Nabi Muhammad shalat. Bahasa yang digunakan saja sudah berbeda. Bahkan nama atau sebutan untuk Tuhan pun kemungkinan besar juga berbeda. Abraham  misalnya, kemungkinan menyebut nama Tuhannya dengan sebutan El Eliyon atau El Shaddai, bukan dengan nama Allah sebagaimana lafadz orang-orang Arab. Dengan demikian tata cara beribadah Abraham kemungkinan besar berbeda dengan tata cara ibadah Nabi Muhammad, paling tidak berbeda dari bahasa yang digunakannya. Nah, karena tadi sudah dijelaskan bahwa orang beriman (mukmin) berbeda dengan orang berserah (muslim) maka semestinya syariat-nya pun tidak harus sama.

Adakah minimum requirements bagi seorang muslim? Semestinya ada. Imho, syarat minimal bagi seorang muslim adalah menjalankan perintah Kitab Suci yang ditujukan bagi seluruh manusia, bukan hanya untuk golongan tertentu saja. Kalau di dalam Quran misalnya ayat-ayat yang diawali dengan "Yaa ayyuhan nas" atau "wahai manusia" tang kebanyakan merupakan ayat makkiyyah, walaupun ada juga yang merupakan ayat madaniyyah seperti yang ada di dalan surah Al Baqarah.

Sedangkan ayat-ayat yang diawali dengan "Yaa ayyuhalladzina aamanu" imho hanya mengikat kepada orang-orang beriman (mukmin) akan tetapi tidak mesti mengikat kepada orang-orang muslim. Wa Allahu a'lam

Senin, 02 Mei 2022

Review Komik Thor God of Thunder vs Gorr the God Butcher

Sejak menyaksikan trailer film Thor Love and Thunder, saya jadi penasaran dengan komik Thor: God of Thunder karya Jason Aaron. Terutama ketika melihat scene atau adegan di trailer yang memperlihatkan "dewa" Falligar The Behemoth yang sudah jadi bangkai, yang sangat mirip dengan penggambaran di komik. 


Oleh karena itu saya memesan komik Thor: God of Thunder dari amazon. Berikut ini merupakan review saya thd komik Thor: God of Thunder karya Jason Aaron.

Pertama, kesan saya membaca komik ini adalah nuansanya agak gelap, seperti komik DC. Yang jelas nuansanya berbeda dengan komik Thor karya penulis lain seperti misalnya Walter Simonson dalam Thor #337 dst (yang memperkenalkan Beta Ray Bill). Saya pribadi lebih suka nuansa ala Walter Simonson yang cerah.



Kedua, ceritanya menurut saya agak membingungkan, karena cerita berlompat-lompat dari abad ke abad. Jadi ada tiga versi Thor di komik ini, yakni Thor versi muda (893AD), Thor masa kini, dan Thor masa depan yang sudah tua. Dan ketiga Thor ini pada akhirnya bersatu melawan Gorr the God Butcher. Anehnya, si Gorr ini hanya ada satu saja, bukan tiga versi. Dari dua poin ini saja saya enggan memberikan rating lima bintang untuk komik ini. (Tadinya saya mau memberikan rating 3 untuk komik ini)

Kalau dibandingkan dengan membaca komik Gundala Godam seperti Bocah Atlantis, Robot Penakluk, Bernafas Dalam Lumpur, Gundala Cuci Nama, dll maka saya lebih menikmati membaca komik Gundala Godam ketimbang komik Thor ini.

Namun, yang paling menarik bagi saya dari komik Thor ini adalah motif atau latar belakang kenapa Gorr the God Butcher bisa begitu dendam kepada para dewa (atau tuhan). Jadi ceritanya si Gorr ini menjadi dendam kepada para dewa karena dia sering berdoa kepada para dewa, namun dewanya tsb tidak pernah mendengarkan doa si Gorr, bahkan di saat Gorr sangat membutuhkan pertolongan para dewa. Karena doanya yang tidak pernah didengar para dewa tsb itulah makanya si Gorr berubah menjadi "atheis" dan bahkan membenci para dewa, dan ingin membunuh para dewa satu per satu. And he did.

Menurut saya pribadi, motif Gorr ini sangat relate dengan pengalaman sebagian orang yang "kecewa" kepada Tuhan. Saya ingat beberapa waktu yang lalu saya membaca sebuah berita mengenai seorang vokalis grup band rohani Kristen yang kemudian berubah menjadi atheis karena doanya tidak dikabulkan Tuhan, dan juga karena pergulatan batin ybs, seperti misalnya kenapa ada penyakit, perang, kejahatan, penderitaan, dsb. Nah, in my opinion kasus si penyanyi tsb cukup mirip dengan kasus si Gorr, dimana keduanya sama-sama kecewa kepada Tuhan, if He exists. Kalau Tuhan memang ada, kenapa Tuhan tidak menjawab doa makhluknya di saat si makhluk sangat membutuhkan pertolongan Tuhan. 

Karena motif dari si Gorr yang menarik inilah saya memberikan rating 4 untuk komik God of Thunder ini. 

Btw: ketika review ini saya tulis (3 Mei 2022), baru ada satu trailer film Thor: Love and Thunder. Dan film Doctor Strange Multiverse of Madness belum diputar di bioskop. Sehingga info mengenai film Thor #4 ini masih sangat sedikit. Tapi saya berharap di film Thor ini nantinya ketika Thor melawan Gorr the God Butcher, alih-alih ada tiga versi Thor (Thor muda, Thor sekarang, dan Thor tua), saya berharap yang melawan Gorr ini bukan tiga versi Thor yang sama seperti di komik melainkan tiga "thor" yang berlainan, yakni Thor asli, Thor Jane Foster, dan ... Beta Ray Bill. Dalam komiknya, Beta Ray Bill digambarkan memiliki kesaktian yang sama dengan Thor, kalau tidak mau dibilang Beta Ray Bill lebih sakti daripada Thor. Lagi pula kan senjatanya Beta Ray Bill (Strombreaker) sudah muncul sejak film Avengers: Infinity War, tinggal menunggu pemilik asli Strombreaker yang belum muncul.