Senin, 29 Juli 2019

Untold Story: Seven Sleepers' Silver Coin: Misteri Koin Perak Pemuda Al Kahfi

Di dalam Al Quran Surah Al Kahfi QS 18: 9-26 diceritakan mengenai kisah beberapa pemuda dari golongan orang-orang yang beriman yang lari dari penguasa lalim yang hendak memaksa mereka keluar dari agama/keimanan mereka. Dikisahkan bahwa dalam pelarian para pemuda tersebut, mereka tertidur di dalam sebuah gua selama 300 tahun, tanpa mereka menyadari bahwa ketika mereka terbangun dari tidur mereka, waktu telah berjalan selama 300 tahun. Sementara mereka hanya merasakan bahwa mereka hanya tertidur selama satu hari atau setengah hari saja. Kemudian salah satu dari mereka (pemimpin mereka?) menyuruh seseorang dari mereka untuk pergi ke kota dan membeli makanan [halal] dengan membawa sekeping uang perak (silver coin). Di Akhir cerita barulah terungkap bahwa para pemuda ini telah tertidur di dalam gua Al Kahfi selama 300 tahun. 

Cerita singkat di dalam Al Quran ini menimbulkan setidaknya tiga pertanyaan di benak saya:
1. Siapakah para pemuda Al Kahfi ini, apakah mereka orang-orang [yang beragama] Yahudi ataukah orang-orang Nsrani?
2. Pada zaman siapakah/kapankah mereka tertidur, dan pada abad ke berapakah mereka terbangun?
3. Jenis koin perak apakah yang mereka bawa, apakah koin perak drachma, tetradrachm, Phoenician Shekel, denarius, atau apa?

Di dalam wikipedia dinyatakan bahwa menurut tradisi, para pemuda Al Kahfi tersebut adalah orang-orang Kristen yang melarikan diri dari penindasan Decius (sekitar tahun 250 Masehi), kemudian mereka terbangun pada zaman pemerintahan Theodosius II (408-450 Masehi). Dengan demikian, para pemuda [kristen] Al Kahfi versi tradisi kristen sebagaimana dinyatakan di wikipedia tertidur selama tidak lebih dari 200 tahun. Hal ini bertentangan dengan pernyataan Al Quran yang menyatakan bahwa para pemuda Al Kahfi tertidur selama 300 tahun, Kemudian, apakah benar bahwa para pemuda Al Kahfi tersebut adalah orang-orang Kristen? Setidaknya ada tiga alasan yang membuat saya menduga bahwa para pemuda Al Kahfi bukanlah orang-orang Kristen, melainkan orang-orang Yahudi.

Alasan pertama, jika kita melihat azbabun nuzul atau sebab-sebab turunnya cerita para pemuda Al Kahfi tersebut adalah konon katanya karena pertanyaan dari orang-orang Yahudi, bukan orang-orang Kristen.

Orang-orang Quraisy menganggap bahwa pendeta-pendeta itu mempunyai keahlian dalam memahami kitab yang telah diturunkan lebih dahulu dan mempunyai pengetahuan tentang ilmu tanda-tanda kenabian yang orang Quraisy tidak mengetahuinya.


Maka berangkatlah utusan Quraisy tadi ke Madinah dan bertanya kepada Pendeta-pendeta Yahudi itu sesuai dengan apa yang diharapkan kaum Quraisy. Berkatalah pendeta itu kepada utusan Quraisy; "Tanyakanlah olehmu kepada Muhammad tentang tiga hal. Jika ia dapat menjawabnya, maka dia adalah nabi yang diutus, akan tetapi jika ia tidak dapat menjawabnya ia hanyalah orang yang mengaku-ngaku jadi Nabi.

"Tanyakanlah kepadanya tentang pemuda-pemuda pada zaman dahulu yang bepergian dan apa yang terjadi pada mereka, Karena cerita tentang pemuda ini sangat menarik. Tanyakanlah kepadanya tentang seorang pengembara yang sampai ke Masyriq dan Maghrib dan apa pula yang terjadi padanya, dan tanyakan pula kepadanya tentang ruh itu". Maka pulanglah utusan tadi kepada Quraisy dan berkata : " Kami datang membawa sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menentukan sikap antara tuan-tuan dan Muhammad".
Merekapun berangkat menghadap Rasulullah saw. dan menanyakan ketiga persoalan di atas. Rasulullah saw. bersabda : "Aku akan menjawabnya tentang hal-hal yang kamu tanyakan itu" (tanpa menyebut insya Allah). Lalu pulanglah mereka semuanya.
Alasan kedua kenapa para pemuda Al Kahfi lebih mirip orang Yahudi daripada orang Kristen adalah karena pada ayat QS 18:19, "pemimpin" mereka meminta salah seorang dari mereka untuk ke kota dan membeli makanan "halal" untuk mereka semua. Setahu saya, orang Kristen tidak terlalu perduli dengan halal-haramnya makanan, karena di salah satu ayat Injil, penulis Injil Markus mengatakan bahwa semua makanan adalah halal. Sebaliknya, orang-orang Yahudi sangat perduli dengan makanan kosher. Sehingga, para pemuda Al Kahfi lebih mirip karakteristik orang Yahudi ketimbang Nasrani.

Alasan ketiga adalah karena saya mendapatkan kesan bahwa para pemuda Al Kahfi dimulai pada saat pemerintahan yang menguasai mereka adalah seorang penguasa yang lalim, dan para pemuda tersebut terbangun pada saat pemerintahan seorang penguasa yang lumayan baik. Jika kita asumsikan bahwa para pemuda Al Kahfi tersebut mulai tertidur pada abad ke-2 Masehi dan terbangun pada abad ke-5 Masehi, maka saya katakan bahwa pada abad ke-5 Masehi, agama Kristen telah melenceng dari jalur yang seharusnya. Pada abad ke-5 Masehi, agama Kristen memang sudah menjadi agama resmi Kekaisaran Romawi Timur, tapi jangan lupa bahwa pada abad ke-5 tersebut doktrin trinitas sudah resmi menjadi doktrin gereja, dan Alkitab yang kita kenal sekarang ini sudah resmi diakui sebagai kanon resmi. Pada saat tersebut, pemerintahan Romawi Timur tentunya sudah mendoktrin ajaran trinitas kepada segenap lapisan masyarakat, suatu hal yang saya anggap tidak baik. Dengan kata lain, saya ingin menyatakan bahwa agama Kristen pada abad ke-5 Masehi sudah tersesat. Jadi, jika para pemuda Al Kahfi bisa terlepas dari penguasa pagan yang lalim namun akhirnya terjatuh ke dalam doktrinisasi trinitas yang sesat, maka saya ibaratkan hal tersebut seperti hanya lepas dari mulut harimau, untuk kemudian jatuh ke dalam kandang serigala berbulu domba.

Alasan tambahan kenapa para pemuda Al Kahfi lebih mungkin orang Yahudi daripada orang Kristen adalah karena dalam bahasa Al Quran, Al Quran menyebutkan bahwa para pemuda Al Kahfi tertidur selama tiga ratus tahun ditambah sembilan. Al Quran tidak menyebutkan 300 tahun. Al Quran juga tidak menyebutkan 309 tahun. Tetapi Al Quran menyebutkannya sebagai 300 + 9 tahun. Jika seandainya para penanya tersebut adalah orang-orang Kristen yang menggunakan perhitungan kalender masehi (syamsiah) secara mutlak, maka semestinya Al Quran cukup menyebutkan 300 tahun saja tanpa embel-embel ditambah 9. Dan jika seandainya penanya tersebut adalah orang-orang yang menggunakan perhitungan kalender qamariyah secara mutlak, dimana setiap tahun terdiri dari 12 bulan, maka seharusnya Al Quran menyatakannya sebagai 309 tahun. Namun karena Al Quran menyebutkannya sebagai 300 ditambah 9 tahun, maka kemungkinan besar penanya tersebut adalah orang-orang yang menggunakan perhitungan kalender syamsiah dan qamariah sekaligus. Sehingga, kemungkinan ayat tersebut untuk menjawab pertanyaan orang-orang Yahudi yang familiar dengan dua sistem kalender.

Pertanyaan selanjutnya adalah mengenai kapankah kira-kira para pemuda Al Kahfi mulai tertidur? Atau kapankah para pemuda Al Kahfi terbangun? Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, saya mendapatkan kesan bahwa para pemuda Al Kahfi dimulai pada saat pemerintahan yang menguasai daerah Levant atau Timur Tengah (kurang lebih) adalah seorang penguasa yang lalim, dan para pemuda tersebut terbangun pada saat pemerintahan seorang raja/penguasa yang lumayan baik.

Dalam salah satu artikel Khazanah pada situs republika dinyatakan sebagai berikut:

Pengarang tafsir al-Muntakhab yang terdiri dari sekelompok ulama dan pakar Mesir berupaya mengungkap tempat dan waktu peristiwa Ashabul Kahfi terjadi lewat isyarat Alquran. Berdasarkan penelitiannya, para ulama mengatakan, mereka adalah sekelompok pemuda yang beriman kepada Allah yang tengah mengalami penindasan agama sehingga mengasingkan diri ke dalam sebuah gua tersembunyi.
Sejarah mencatat adanya beberapa masa penindasan agama di kawasan timur yang terjadi dalam kurun waktu berbeda. Dari beberapa peristiwa penindasan agama itu, hanya ada dua masa yang mereka anggap penting. Salah satunya pun diduga berkaitan dengan kisah penghuni gua.
Peristiwa pertama terjadi pada masa ke kuasaan raja-raja Saluqi yang diperintah Raja Antiogos IV (176-84 SM). Saat penaklukan Suriah, dia mewajibkan seluruh penganut Yahudi di Palestina yang sudah tinggal di Suriah sejak 198 SM untuk meninggalkan agamanya. Antiogos yang fanatik dengan kebudayaan Yunani kuno memerintahkan mereka untuk menyembah dewa-dewa Yunani. Dia pun meletakkan patung Zeus di tempat peribadatan kaum Yahudi. Para ulama pun menduga pemuda-pemuda Ashabul Kahfi adalah penganut Yahudi yang bertempat tinggal di Palestina yang tepatnya berada di Yarussalem.
Peristiwa kedua terjadi pada masa Imperium Romawi berkuasa. Pada zaman Kaisar Hadrianus (117-138 M), kaisar memperlakukan orang-orang Yahudi sama dengan apa yang pernah dilakukan Antiogos. Para pembesar Yahudi pun mengeluarkan ultimatum akan berontak bersama rakyatnya untuk melawan kekaisaran Romawi. Mereka pun memukul mundur garnisun Romawi di perbatasan dan berhasil merebut Yerussalem. Selama tiga tahun mereka berhasil mempertahankan kekuasaannya. Terakhir, Hadrianus bergerak bersama pasukannya untuk menumpas pemberontak. Mereka membunuh semua orang Yahudi. Kaum Yahudi yang masih hidup dijual sebagai budak.
Hal ini cocok dengan dugaan saya bahwa para pemuda Al Kahfi tersebut bukanlah orang-orang Kristen, melainkan orang-orang Yahudi. Namun, dari kedua kemungkinan di atas, saya lebih percaya pada kemungkinan pertama, yaitu bahwa para pemuda Al Kahfi tersebut adalah orang-orang Yahudi yang hidup dibawah pemerintahan dinasti Seleucid (312 - 63 SM), Ini saya ambil dari wikipedia:

Synthesizing Hellenic and indigenous cultural, religious, and philosophical ideas met with varying degrees of success—resulting in times of simultaneous peace and rebellion in various parts of the empire. Such was the case with the Jewish population of the Seleucid empire; the Jews' refusal to willingly Hellenize their religious beliefs or customs posed a significant problem which eventually led to war. Contrary to the accepting nature of the Ptolemaic empire towards native religions and customs, the Seleucids gradually tried to force Hellenization upon the Jewish people in their territory by outlawing Judaism. This eventually led to the revolt of the Jews under Seleucid control, which would later lead to the Jews achieving independence from the Seleucid empire.

Kemudian, kemungkinan besar para pemuda tertsebut bangun pada masa pemerintahan Romawi dibawah Kaisar Antoninus (138-161 Masehi). Kaisar Antoninus ini terkenal sabagai salah satu Kaisar Romawi yang cukup baik. Jika kita asumsikan bahwa para pemuda Al Kahfi terbangun sekitar tahun 150 Masehi, maka kemungkinan besar mereka mulai tertidur sekitar tahun 150 SM atau tepat pada zaman kekaisaran Seleucid pada masa pemerintahan Antiogos IV (Antiochus IV) sebagaimana tulisan khazanah dari republika di atas.

Jika asumsi tersebut benar, maka kemungkinan besar jenis wariq atau silver coin atau koin perak yang dibawa oleh para pemuda Al Kahfi tersebut adalah koin perak drachma atau tetradrachm, karena ketika itu koin perak drachma maupun tetradrachm masih banyak digunakan oleh masyarakat luas dalam transaksi perdagangan. Dan ketika para pemuda Al Kahfi tersebut terbangun, zaman sudah berubah, penguasa sudah berganti, dan mata uang sudah berbeda. Ketika mereka terbangun, mata uang yang lazim digunakan kemungkinan besar adalah koin perak denarius yang memiliki dimensi sedikit lebih ringan jika dibandingkan koin perak drachma.

Saya menduga, karena surah Al Kahfi ini merupakan jawaban atas dua pertanyaan pendeta Yahudi, di mana salah satu pertanyaan adalah tentang para pemuda Al Kahfi, sedangkan pertanyaan lain adalah mengenai Dzulqarnain (seseorang dengan dua "tanduk"), maka saya menduga bahwa kedua pertanyaan ini sedikit banyak ada hubungannya. Saya menduga bahwa koin perak yang dibawa oleh  pemuda Al Kahfi tersebut adalah koin perak tetradrachm Lysimachus dengan gambar Alexander the Great yang bertanduk.


Bukti Baru (Novum) / edited version 5 November 2022:
Setelah saya membaca kitab tafsir Thabari atas surat Al Kahfi, saya baru mengetahui bahwa ternyata kata Ar Raqim dalam surah Al Kahfi memiliki akar kata yang sama dengan "ular". 
Kemudian ada juga penafsir yang menafsirkan bahwa kata ar raqim terkait dengan koin perak yang dibawa oleh para pemuda Al Kahfi. An Naqqasy dari Qatadah mengatakan, Ar Raqim adalah uang dirham milik mereka (Tafsir Qurthubi jilid 10 hal 900 terbitan pustakaazzam).
Hal tersebut membuat saya menduga-duga, jangan-jangan koin perak yang dibawa oleh para pemuda Al Kahfi ada hubungannya dengan ular (bergambar ular). Dan ternyata setelah saya searching di google, dulu memang ada koin perak yang bermotif ular:



Koin ini disebut dengan Cistophorus/Cistophoric Tetradrachm dari Pergamum/Pergamon. Koin "ular" ini digunakan pada tahun 166 SM hingga 67 SM. Sebagai informasi, koin ini memiliki berat sekitar 12 gram, lebih ringan dibandingkan tetradrachm dari Athena yang memiliki berat sekitar 17 gram.
Koin ular atau cistophoric tetradrachm ini sezaman dengan penguasa lalim Antiochus IV. Dengan demikian, koin ular ini sangat mungkin merupakan koin yang dibawa oleh para pemuda Al Kahfi, yang disebut Ar Raqim dalam Al Quran.
wa Allahu a'lam

Senin, 08 Juli 2019

2019-S San Antonio Missions Silver Quarter Dollar: The Best Modern Silver Coin Ever Made?

Back to the Origin of the Dollar

2019 is a very special year in U.S. Mint history since they produce their quarter dollar and half dollar in 99.9% fine silver. Previously, the silver composition in quarter dollar and half dollar is only 90%.

Among the five quarter dollar silver set in 2019, there's one that caught my attention, that is the San Antonio Missions.



On the Reverse, there's a cross with four quadrants. One of the quadrants have an image of a lion. It is the lion image that makes this quarter dollar so special to me because it makes this silver coin back to the origin of the Dollar.

We all know that the dollar is the currency of the U.S. and some other countries like Canada and Australia. But many don't realize that the dollar is not of American origin. The dollar that we know now is the evolution of other currency from foreign countries. It can be said that the term dollar is already existed around 200 years before the Americans declared their independence in 1776.

Kalau boleh saya sederhanakan, dollar amerika itu sebenarnya berasal dari koin perak Pillar Dollar dari Spanyol yang dicetak di Mexico dan beberapa negara Amerika Latin seperti Bolivia dan Peru. Namun, istilah dollar dalam Pillar Dollar pun bukan berasal dari bahasa Spanyol melainkan berasal dari mata uang yang lain lagi, yaitu Lion Dollar atau leeuwendaalder yang merupakan koin perak yang berasal dari Belanda. Dan leeuwendaalder sendiri bukan istilah asli bikinan orang Belanda melainkan merupakan adaptasi dari koin perak Joachimsthaler yang berasal dari Bohemia (sekarang merupakan bagian dari negara Republik Ceko).

 


Jadi boleh dikatakan bahwa Joachimsthaler merupakan nenek moyang dari mata uang dollar Amerika. Joachimsthaler adalah ayah kandung dari leeuwendaalder atau Lion Dollar dari Belanda yang sempat menjadi mata uang pilihan dalam dunia internasional perdagangan pada masanya.



Leeuwendaalder or Lion Dollar can be regarded as the direct predecessor of two prominent silver coins, that is Maria Theresa Thaler and Spanish Pillar Dollar. Even NGC officially announced leeuwendaalder or Lion Dollar as America's First Silver Dollar



Sebagai informasi tambahan, pada abad ke-18 Masehi, terdapat dua koin perak yang paling terkenal di seluruh dunia, yaitu Pillar Dollar dan Maria Theresa Thaler (MTT). Boleh dibilang bahwa kedua koin perak ini sama-sama merupakan evolusi dari koin perak Belanda leeuwendaalder (Lion Dollar). Namun bedanya antara Pillar Dollar dengan MTT adalah, jika Pillar Dollar lebih populer di Dunia Baru, yaitu di benua Amerika, sementara MTT lebih populer di Dunia Lama, yaitu Eropa dan Asia.





Jika anda perhatikan desain dari seluruh koin perak kuno yang saya sebutkan tadi, yaitu mulai dari Joachimsthaler, Leeuwendaalder, Maria Theresa Thaler, hingga Pillar Dollar, maka ada satu persamaan menarik dari keempat koin kuno tersebut, yaitu pada desain keempat koin tersebut terdapat gambar singa. Pada koin Joachimsthaler dan juga Leeuwendaalder, gambar singa ukuran besar nampak pada sisi Reverse koin. Sedangkan pada Pillar Dollar dan MTT, gambar singa terdapat pada salah satu pojok dari gambar perisai.

Nah, mengapa koin perak Quarter Dollar San Antonio Missions ini sangat istimewa? Tidak lain dan tidak bukan adalah karena kembalinya gambar singa pada koin perak dollar. Sebelum-sebelumnya, gambar yang paling umum dari koin dollar Amerika adalah gambar elang. Setahu saya, sepanjang sejarah percetakan koin perak Amerika Serikat, baru di tahun 2019 inilah muncul gambar singa pada koin perak Amerika Serikat.

Bukan hanya itu, gambar + (tanda tambah) ukuran besar yang membagi koin menjadi empat bidang pun mengingatkan saya akan sisi Obverse dari Pillar Dollar dan juga MTT. Dari sekian banyak desain koin America the Beautiful dan juga Quarter Dollar, baru kali inilah ada tanda + seperti ini pada koin perak Amerika. Pendeknya, sisi Reverse dari koin perak San Antonio Missions silver quarter dollar ini benar-benar klasik.

Tapi, apakah ukuran silver Quarter Dollar tidak terlalu kecil?
Bagi anda yang terbiasa dengan koin perak seperti American Silver Eagle, Canadian Silver Maple Leaf, Peace Dollar dan juga Morgan Dollar, mungkin merasakan bahwa koin Quarter Dollar ini berukuran kecil dan tipis. Tapi, kalau saya melihat sejarah, sebenarnya koin perak dengan berat sekitar 6 gram ini merupakan ukuran yang sangat ideal, artinya tidak terlalu kecil, dan juga tidak terlalu besar.

Dalam tradisi Islam, umat Islam mengenal koin perak dirham. Dan dalam tradisi Islam, koin perak dirham ini memiliki berat sekitar 3 gram. Jadi, koin perak silver quarter dollar ini memiliki berat dua kali dari koin perak dirham dalam tradisi Islam.

Namun, dirham sebenarnya bukan koin perak asli bikinan orang Islam, melainkan sebuah adaptasi dari koin perak lain yang sudah terkenal sebelumnya yakni drachma dari Yunani. Pada beberapa abad sebelum masehi, koin perak drachma memegang peranan penting dalam perdagangan dunia internasional. Ketika itu, setidaknya terdapat tiga jenis standar berat dari drachma. Yang pertama adalah standar Aegina yang menggunakan standar drachma seberat 6 gram, atau serupa dengan berat dari silver quarter dollar ini. Yang kedua adalah standar Athena yang menghitung drachma dengan berat sekitar 4,3 gram. Sedangkan yang ketiga adalah standar Corinth yang menetapkan bahwa drachma seberat 2,9 gram atau hampir sama dengan dirham yang digunakan dalam dunia Islam. Tapi yang jelas, bahwa berat dari koin perak silver quarter dollar ini tidak lebih ringan daripada koin drachma.

Kalau kita membuka Alkitab, kita akan mengetahui bahwa orang-orang Yahudi menggunakan satuan shekel atau syikal sebagai standar berat mereka. Menurut Alkitab Kristen, satu syikal itu beratnya sekitar 11,4 gram. Nah, dalam Alkitab tsb, terdapat satu perintah khusus untuk umat Israel untuk memberikan persembahan kepada Tuhan dengan perak seberat setengah syikal (bukan dengan satu syikal lho ya). Jadi, kalau kita menganggap bahwa satu syikal itu seberat 11,4 gram, maka kita akan mendapatkan bahwa berat setengah syikal perak itu sekitar 5,7 gram. Artinya koin perak quarter dollar ini masih lebih berat daripada ketetapan setengah syikal perak yang ditentukan oleh Tuhan dalam Kitab Keluaran 30:13.

All in all, the dimension of this silver quarter dollar is not too small, since the history has recorded that the international trade world used some silver coins in daily basis which denominations were smaller than 6 gram, such as dirham, drachma, denarius, and half shekel.

Selasa, 23 April 2019

Mempertanyakan Berat dari Dinar dan Dirham


Menurut tradisi Islam saat ini, berat satu dinar ditetapkan sebesar 4,25 gram, sedangkan berat dari satu dirham sebesar 2,975 gram, atau tepat 7/10 (70%) dari berat dinar. Nah, mengapa harus dibedakan antara berat dinar dengan dirham, sementara dunia internasional tidak membedakakan berat antara emas dan perak. Dunia internasional mengukur berat emas dan perak dengan satuan yang sama, yaitu dengan menggunakan troy ounce (oz), atau dengan menggunakan satuan gram. Dengan demikian, jika misalnya kita membeli emas batangan atau membeli koin perak dari luar negeri, biasanya menggunakan salah satu dari kedua standar berat tersebut, misalnya emas batangan 2 gram,  silver bar 10 gram, koin emas 1/10 oz, koin perak 1 oz, dan sebagainya. Namun kenapa di dunia Islam harus dibedakan antara berat emas dan berat perak? Dan pertanyaan yang lebih penting lagi adalah kenapa satuan dinar itu seberat 4,25 gram, dari mana angka ini didapatkan?

Istilah dinar dan dirham sebenarnya bukanlah istilah asli dalam dunia Islam, melainkan merupakan adopsi dari dunia barat, atau tepatnya Romawi dan Yunani. Kata dinar berasal dari kata denarius, yaitu koin perak yang lazim dipakai pada masa Romawi kuno, sedangkan kata dirham berasal dari kata drachma, yaitu koin perak yang digunakan pada masa Yunani kuno. Adapun berat dari satu drachma sekitar 4,3 gram lebih sedikit, sedangkan berat dari satu dinar sekitar 4,5 gram, atau tidak terlalu berbeda jauh dengan berat dari satu koin drachma. Kita bisa melihat bahwa ternyata berat dinar dan dirham dalam dunia Islam ternyata tidak sama dengan berat koin drachma dan koin denarius yang asli. Lalu, kenapa berat koin dirham dalam dunia Islam berbeda cukup jauh dengan berat koin drachma yang asli, dan juga berat koin dinar dalam dunia Islam berbeda dengan berat koin denarius Romawi?

Dari berbagai informasi di internet yang saya baca, ternyata fiqih Islam menetapkan sendiri berat dari satu dinar. Dalam fiqh Islam, berat dari satu dinar ditetapkan sama dengan berat satu mitsqal, dimana berat dari satu mitsqal adalah seberat 72 butir gandum (grain) yang dipotong kedua ujungnya. Nah, yang jadi pertanyaan adalah kenapa butiran gandum tersebut harus dipotong kedua ujungnya? Sebenarnya dunia internasional pun juga menggunakan butiran gandum (grain) sebagai patokan ukuran, di mana berat dari satu butir gandum menurut standar internasional ditetapkan seberat 0,06479891 gram. Satu troy ounce ditetapkan seberat 480 grains, sehingga berat 1 oz = 31,103 gram

Nah, jika seandainya dunia Islam menggunakan satu gandum utuh sebagai patokan -dan bukan gandum yang dipotong kedua ujungnya- maka kita akan mendapatkan berat satu mitsqal atau satu dinar itu semestinya adalah 4,66 gram, bukannya 4,25 gram. Namun karena gandum tersebut disunat kedua ujungnya, maka berat dari satu mitqal pun ikut tersunat menjadi 4,25 gram. Nah, inilah sebabnya saya kurang sreg menggunakan satuan dinar atau dirham karena memotong gandum tersebut tidak ada standarnya, bisa terlalu pendek, dan bisa terlalu panjang, yang pada gilirannya membuat ukuran berat dari mitsqal pun bisa berubah-ubah. Saya lebih suka menggunakan satuan yang lebih pasti, yaitu menggunakan butir gandum utuh yang beratnya sudah ditetapkan oleh dunia internasional yaitu seberat 0,06479891.

Kemudian selanjutnya, kenapa juga dunia Islam harus membedakan berat antara dinar emas dan dirham perak. Sebagaimana telah disebutkan di atas, berat dari satu dirham perak ditetapkan sebagai 7 per 10 (70%) dari satu dinar, sehingga berat dari satu dirham perak adalah seberat 2,975 gram. Menurut saya, perbedaan berat ini akan membuat kita sulit untuk mengetahui berapakah rasio nilai dari harga emas dan perak. Misalkan di dalam fiqih ada disebutkan bahwa nilai dari tiga dirham setara dengan nilai dari seperempat dinar. Dari ketetapan tersebut kita akan mendapatkan bahwa di dalam dunia Islam dulu nilai satu dinar setara dengan nilai dari 12 dirham (1:12). Namun, karena dinar dan dirham ini menggunakan satuan berat yang berbeda, maka rasionya 1:12 tersebut menjadi tidak tepat. Karena berat dirham hanya 7/10 dari berat dinar, maka rasio 12 pun harus dikalikan 70%, sehingga membuat rasio yang tepat antara emas dan perak pada dunia Islam masa lalu sebesar 1 : 8,4. Rasio emas dan perak sebesar 1:8,4 ini membuat harga perak dinilai terlalu tinggi, karena setahu saya rasio antara emas dan perak di masa lalu berkisar antara 1:10 hingga 1:15 atau 1:16. Dengan demikian rasio 1:8 membuat harga perak mengalami overvalued. Di masa kini bahkan rasio antara emas dengan perak berkisar antara 1:50 hingga 1:70.

Bagaimana semestinya?
Menurut saya, jika kita ingin menggunakan butir gandum (grain) sebagai patokan ukuran berat, maka seharusnya kita tidak usah memotong butiran gandum tersebut, melainkan kita ikuti standar dunia internasional terhadap butir gandum yaitu seberat 0,06479891. Dengan demikian, satu mitsqal yang setara dengan berat 72 butir gandum semestinya beratnya sekitar 4,6 gram. Atau barangkali lebih baik dibulatkan ke atas saja menjadi 5 gram. Atau sebaiknya kita menggunakan satuan berat gram saja dalam mencetak koin dirham perak dan dinar emas, seperti  5 gram, 10 gram,  20 gram, dan sebagainya. Wa Allahu a’lam.


RELICS
Baru-baru ini saya membrowsing situs nubex.my dan menemukan salah satu koin perak drachma di sana. Koin tersebut konon terinspirasi dari koin perak masa masa kerajaan Sasanid. Yang menarik adalah bahwa berat dari koin perak tersebut adalah 4 gram dan bukan 2,975 gram.





Senin, 15 April 2019

Belajar dari Krisis di Venezuela


Pada saat ini negeri Venezuela yang terletak di benua Amerika Selatan, tengah mengalami krisis yang berkepanjangan. Krisis ini awalnya disebabkan oleh inflasi yang gila2an (hyperinflasi) yang terjadi pada awal/pertengahan tahun 2018 yang menyebabkan mata uang Venezuela yakni Bolivar nilainya merosot drastis. Sebagai gambaran, kalau biasanya untuk membeli sekotak tissue mereka cukup membayar dengan selembar uang Bolivar, namun setelah krisis, kini mereka harus membayarnya dengan beberapa bundle kertas, yang kalau dihitung-hitung mungkin jumlah lembaran uang kertas yang harus dibayarkan lebih banyak daripada jumlah lembaran tissue yang akan didapatkan.

Sumber gambar:  https://www.news.au.com

Namun sampai dengan bulan Maret tahun 2019 ini krisis tersebut belum berhasil diselesaikan oleh pemerintah setempat, kalau tidak mau dibilang bahkan krisis tersebut menjadi bertambah parah. Baru-baru ini Venezuela mengalami pemadaman listrik selama hampir seminggu yang menyebabkan keadaan penduduk Venezuela semakin sengsara. Penjarahan toko nampaknya sudah menjadi pemandangan sehari-hari di Venezuela.
Bersyukurlah kita yang tidak mengalami krisis seperti halnya di Venezuela. Sehubungan dengan krisis Venezuela tersebut, terdapat beberapa pelajaran yang bisa kita petik, dan kita persiapkan/antisipasi apabila seandainya krisis tersebut terjadi di negara kita.

Pertama, ketika krisis terjadi, maka biasanya yang akan menjadi masalah adalah soal makanan dan minuman. Bagi orang dewasa mungkin masih bisa menahan lapar, sebagaimana pengakuan salah seorang warga Venezuela, tapi bagaimana dengan anak-anak mereka? Orang tua mana yang tega melihat anak-anaknya menangis karena kelaparan? Dalam situasi tersebut, sangat mungkin banyak orang tua yang rela berdosa dan melakukan penjarahan pada toko-toko makanan dsb. Oleh karena itu, ada baiknya jika setiap keluarga seyogyanya memiliki persediaan makanan yang cukup, terutama bahan makanan atau makanan kering yang memiliki masa kadaluarsa yang cukup lama, contohnya seperti MRE (Meals Ready to Eat).

Kedua, menurut berita dari Venezuela, dilaporkan bahwa sejumlah toko di Venezuella hanya mau menerima pembayaran dalam bentuk mata uang US Dollar, dan toko-toko tersebut menolak mata uang Bolivar yang justru merupakan mata uang resmi di Venezuela. Hal ini membuktikan bahwa ketika krisis terjadi, maka uang kertas alias fiat money akan menjadi tidak berharga nilainya. Oleh karena itu, sebagai antisipasi, saya menyarankan agar kita memiliki “mata uang” lain selain mata uang negara kita sendiri. Saya tidak mengatakan bahwa sebaiknya kita menyimpan mata uang USD (kertas), namun yang saya maksudkan sebagai “mata uang lain” adalah mata uang yang telah berlaku selama berabad-abad, bahkan hingga bermilenium-milenium lamanya. Yang saya maksud adalah mata uang abadi, yakni emas dan perak. Sejarah membuktikan bahwa baik emas maupun perak telah memainkan peranan penting dalam perdagangan sejak beberapa abad sebelum masehi. Sejak beberapa abad sebelum masehi hingga abad ke 19 dan pertengahan abad ke-20, emas dan perak memegang peranan penting dalam perekonomian manusia. Emas dan perak kehilangan pengaruhnya hanya baru-baru ini saja, tepatnya sejak beberapa dekade yang lalu, khususnya ketika Amerika Serikat tidak lagi menjamin US Dollar dengan standar emas, atau dengan kata lain Amerika Serikat menarik diri dari kesepakatan Bretton Woods.

Oleh karena itu, sebagai langkah antisipasi untuk menanggulangi jika seandainya krisis mata uang sebagaimana terjadi di Venezuela terjadi juga di negara kita, saya menyarankan agar kita semua mempersiapkan diri dengan “mata uang abadi”, yakni emas dan perak. Saat ini, banyak sekali pilihan bagi kita untuk berinvestasi dalam bentuk emas dan perak, akan tetapi saya tidak menyarankan anda untuk berinvestasi emas dalam bentuk virtual, melainkan saya sarankan agar anda berinvestasi emas dan/atau perak dalam bentuk fisiknya. Pilihan yang tersedia sangat beragam. Misalnya untuk perak, tersedia koin perak dalam bentuk dirham seberat 3 gram yang harganya sekitar 70 ribu ~ 130 ribu, koin 5 dirham seberat 14,8 gram, kemudian ada koin perak internasional dengan berat standar 1 oz(31,1 gram) seharga Rp 330.000~400.000, dan juga tersedia pula ukuran ½ oz, ¼ oz dan sebagainya dengan harga yang bervariasi. Belum termasuk perak batangan yang juga tersedia dalam berbagai ukuran dengan harga yang beragam. Kemudian untuk emas pun juga terdapat banyak pilihan seperti emas batangan, koin dinar, koin emas internasional, dan lain sebagainya dengan pilihan berat yang sangat beragam seperti 0,5 gram, 1 gram, 2 gram, dlsb. Saya percaya bahwa jika krisis terjadi, maka emas dan perak akan tetap memiliki nilai tinggi di mata umat manusia, sehingga emas dan perak akan menjadi alat tukar terbaik yang ada.
Saya menyarankan agar kita mempersiapkan “mata uang abadi” yang nilainya dapat digunakan untuk membeli makanan atau kebutuhan sehari-hari. Untuk emas misalnya, saya tidak menyarankan anda untuk menumpuk emas dalam bentuk emas batangan berukuran besar seperti 100 gram atau 50 gram, tapi saya lebih menyukai emas dalam ukuran kecil, misalnya 2 gram, 1 gram, 0,5 gram bahkan kalau perlu seukuran 0,2 gram. Sedangkan untuk perak, ada baiknya kita juga menyiapkannya dalam berbagai ukuran, misalnya 1 oz, ½ oz, ¼ oz, 10 dirham, 5 dirham, 2 dirham serta 1 dirham. Just in case, jika seandainya kita membutuhkan perak dalam ukuran tertentu saja, bukan dalam ukuran yang lain.
Sebagai  bahan referensi, berikut saya tampilkan harga emas dan perak per hari ini, tanggal 15 April 2019 pukul 14:00 WIB:

Sumber:  https://www.kitco.com/gold-price-today-usa/ per tanggal 15 April 2019 sekitar pukul 14:00 WIB


Sebagai perbandingan, berikut ini adalah harga sejumlah makanan cepat saji yang saya ambil datanya dari situs https://www.fastfoodmenuprices.com pada tanggal yang sama:

McDonalds: Big Mac – Meals                  $  5.99
Arby’s Classic Roast Beef Meal               $  5.69
Burger King Double Whopper Meal         $  7.59
Subway Club Footlong                              $  7.75
Dunkin Donuts  ½ Dozen                          $  5.79
Dunkin Donuts  Dozen                              $  9.99
Pizza Hut   Supreme Large                        $ 14.99
Starbucks Caffe Latte Grande                   $  3.65
Starbucks Mocha Frappucino Venti          $  4.95

Nah, jika kita membandingkan harga emas di pasaran luar negeri dengan harga makanan fast food yang biasa dijual di luar negeri, maka kita akan mendapatkan bahwa rata-rata harga makanan siap saji di sana berkisar antara $5 (Burger Mac Donalds) hingga $15 (Pizza Hut). Kalau kita konversi ke nilai emas yang harganya sekitar USD 1300 per troy ounce atau sekitar $41 per gram maka nilai emas yang setara untuk membeli makanan tersebut adalah sekitar  0,1 gram hingga 0.4 atau 0.5 gram. Karena alasan inilah maka saya menyukai untuk mengumpulkan emas dalam ukuran kecil seperti 0,2 gram, 0,4 gram, 0,5 gram atau 1 dan/atau 2 gram.

Bagaimana halnya dengan perak? Berdasarkan data pada laman yang sama di atas, harga perak berada di kisaran USD 14.90 per oz atau sekitar $ 0.48 per gram. Untuk membeli makanan-makanan cepat saji di atas, maka nilai perak yang kita butuhkan adalah koin  perak dengan ukuran berkisar antara ¼ oz, ½ oz, hingga 1 oz (ukuran standar).

Bagaimana dengan harga di Indonesia? Dari situs IndoGold per tanggal 14 Maret 2019, harga emas sekitar Rp 600.000,- per gram sedangkan harga perak sekitar Rp 7.000,- jika kita ingin menjual perak dan sekitar Rp 13.000,- jika ingin membeli perak.





Berapa rata-rata harga makanan di Indonesia, tentunya sangat bervariasi. Misalnya di tempat saya, harga sepiring lontong sayur dengan telur adalah Rp 10.000,- dan harga seporsi lontong tunjang sekitar Rp 20.000,-. Sedangkan jika saya makan bersama keluarga saya (total terdiri dari 3 orang) di rumah makan atau di restoran, biasanya kami menghabiskan dana mulai dari Rp 100.000,- hingga Rp 250.000,-

Dengan kisaran harga yang sangat bervariasi tersebut, tentunya ukuran logam mulia yang dibutuhkan juga sangat bervariasi. Saya misalnya, tidak mungkin membayar dengan emas jika saya memakan lontong sayur atau lontong tunjang sendirian, karena emas ukuran terkecil (Emas Mini) yang ada di pasaran adalah 0,1 gram atau kalau dirupiahkan maka harga setidaknya Rp 60.000,- Dengan demikian, jika saya hanya ingin makan lontong sayur atau lontong tunjang, maka saya hanya bisa membayar dengan perak. Namun masalahnya, perak terkecil yang umumnya ada di pasaran adalah perak ukuran 1 dirham yang beratnya sekitar 3 gram, yang jika kita konversi nilainya sesuai dengan harga hari ini maka perak 1 dirham tsb setara nilainya dengan 24.000 hingga 33.000 rupiah.

Sedangkan untuk makan di rumah makan atau di restoran, maka satuan yang dianjurkan untuk disiapkan antara lain emas dengan berat 0,2 gram atau 0,4 gram, atau jika kita menggunakan perak maka kita membutuhkan denominasi 1 dirham dan/atau 5 dirham; atau ¼ oz, ½ oz, dan/atau 1 oz.



Beberapa Emas batangan yang tersedia di pasaran:







Dua koin perak paling populer di dunia: American Silver Eagle dan Canadian Maple Leaf