Sabtu, 12 Desember 2020

Menjadi Muslim dan Shabi'in

"Sesungguhnya orang-orang beriman, orang Yahudi, Nasrani, dan Shabi'in, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka tidak ada kekhawatiran bagi mereka dan tidak pula mereka bersedih hati" (QS 2:62)

Dalam kitab sahih bukhari dinyatakan Abu Abdullah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan shabi'i adalah orang yang keluar dari satu agama ke agama lain, atau kalau dalam bahasa inggris disebut the convert. Nabi Muhammad dan para sahabatnya sendiri pun pada mulanya juga sempat disebut sebagai ash-shabi'. Sedangkan menurut Abu Aliyah, Ash-shabiun adalah kelompok dari Ahli Kitab yang membaca kitab Zabur atau Mazmur (Psalms). Sementara beberapa ahli tafsir seperti  Imam Al Khalil dalam tafsir Qurthubi menyatakan bahwa yang dimaksud kaum shabi'un adalah pengikut Nabi Nuh. 

Menurut saya, ketiga pendapat di atas sama-sama benar, dan ketiga pendapat di atas sangat mungkin untuk dikompromikan. Saya berpendapat bahwa kaum shabi'in di masa kini adalah apa yang disebut sebagai the Noahides atau bnei Noach, yaitu orang-orang yang menerima Tujuh Hukum Nabi Nuh atau the Seven Laws of Noah. Dengan demikian ini selaras dengan pendapat Al Khalil. Nah, berdasarkan pengalaman atau testimony dari sejumlah pengikut the Noahides di masa kini, hampir seluruhnya adalah the converts, atau orang yang berpindah agama. Kebanyakan pengikut the Noahides ini adalah orang yang tadinya memeluk agama Kristen. Dengan demikian ini pun sesuai dengan arti kata shabi' yang berarti orang yang berpindah agama. Kemudian, dalam hal berdoa, kaum the Noahides tidak jarang mengutip doa dari Kitab Mazmur atau Zabur. Dengan demikian ini pun sejalan dengan pendapat Abu Aliyah di atas.

Saya sudah membaca beberapa buku mengenai the Noahides ini, antara lain the Path of the Righteous Gentiles dan the World of Ger. Setelah membaca buku-buku tentang the Noahides ini saya menjadi tertarik dengan the Noahides karena saya melihat banyak persamaan antara the Noahides dengan Islam. Dan berdasarkan apa yang saya lihat dan dengar (di youtube) maupun yang saya baca, seorang muslim bisa saja menjadi seorang the Noahides alias ger toshav (atau ash-shabi'in?) tanpa meninggalkan keislamannya. Alasannya ya karena itu tadi, sepertinya tidak ada perbedaan yang sangat prinsip antara Islam dengan the Noahides.

Pada prinsipnya, seorang muslim bisa menjadi bnei Noach atau the Noahide jika dia menerima Tujuh Hukum Nabi Nuh, antara lain no idolatry, no blasphemy, don't murder, don't steal, no adultery, etc, yang mana hampir seluruh larangan tsb juga ada di dalam Islam. Bahkan hal ini sangat sejalan dengan ayat Al Quran surah 42:13 dimana dikatakan bahwa Allah mensyariatkan kepada kamu (umat muslim) agama yang sama dengan yang Dia wasiatkan kepada Nabi Nuh. Hal ini membuat saya percaya bahwa seorang muslim bisa saja menjadi seorang shabi'in atau bnei Noach sekaligus, karena pada hakikatnya syariat Islam adalah sama dengan agama Nabi Nuh.


Relics: QS 42:13 dalam beberapa terjemahan Al Quran berbahasa Inggris:

He has ordained for you all, the same System of Life that He enjoined upon Noah - And We have revealed to you (O Prophet) the same Message as We enjoined upon Abraham, Moses, and Jesus: "Establish the Divine System of Life and make no sects in it." (Shabbir Ahmed)

He enacted rules (and rites) for your religion which are the same (rules) as He decreed for (the messenger) Nooh. What We have revealed to you are the same commandments as We gave to (the messengers) Ibraheem, Musa and Jesus: (namely) to establish the faith and not (disunite and) splinter into sects. (Dr. Munir Munshey)

He has laid down the same deen for you as He enjoined on Nuh: that which We have revealed to you and which We enjoined on Ibrahim, Musa and ´Isa: ´Establish the deen and do not make divisions in it. (Aisha Bewley)

The way He has established things for you, is the same way that He enjoined those things on Noah. Those things which We have sent by inspiration to you, and that which We enjoined on Abraham, Moses, and Jesus. Namely, that you should remain steadfast, and make no divisions therein.  (Bilal Muhammad et. al)

He made the same religion for you as for Nuh; We revealed the same to Ibrahim, Musa and Isa, to accept this religion and not be divided. (Musharraf Hussain)

God has prescribed for you the same way of life that He prescribed to Noah. God has revealed to you (Mohammad) the same principles revealed to Abraham, Moses and Jesus. Do not make any division [in the religion of God.] (Bijan Moeinian)

He has given to you the ( same ) law of religion which He had enjoined on Nuh; and that which We communicated to you and that which We enjoined on Ibrahim and Musa and Isa ( are also the same), that: “Establish the religion and do not be divided therein.” (Mir Aneesuddin)

To you people He has enjoined the same system of Faith He enjoined Nuh (Noah); the system of faith which We inspired to you O Muhammad, the same system did We enjoined Ibrahim (Abraham), Mussa (Moses) and Isa (Jesus) to follow  (Al-muntakhab fi tafsir al Quranul karim)

Rabu, 27 Mei 2020

Kisah Manusia (Adam): sebuah interpretasi

Berikut ini merupakan interpretasi saya terhadap Al Quran dan juga Alkitab (serta hadits) mengenai penciptaan manusia (Adam). Tentu saja interpretasi saya bisa salah, bisa juga benar, Allah-lah yang lebih tahu. Namun saya berharap apa yang saya tuliskan berikut ini tidak melenceng jauh dari kebenaran.

Apa yang terjadi sebenarnya?


Berawal dari kehendak Tuhan untuk menjadikan manusia sebagai khalifah (pengganti) Tuhan di muka bumi. Manusia ini diciptakan-Nya sesuai dengan citra-Nya. Apa maksudnya? Manusia akan berkuasa atas segala ikan di laut, burung di udara, dan segala jenis binatang di bumi (Kitab Kejadian 1:26, 28).

Namun, karena Tuhan itu adil dan bijaksana, maka sebelumnya Tuhan menawarkan lebih dahulu kepada manusia, apakah manusia mau menerima amanat atau tidak? Ternyata manusia (Adam) bersedia menerima amanat tersebut (QS 33:72). Kemungkinan amanat tersebut berupa enam perintah Tuhan yaitu jangan menyembah berhala, jangan menghujat nama Tuhan, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan berzina, serta menegakkan keadilan. Enam perintah ini hampir sama dengan the Seven Noahide Laws minus jangan memakan darah.


Setelah manusia (Adam) menerima amanat tersebut, barulah kemudian Tuhan mengajarkan kepada Adam segala sesuatu yang harus diketahuinya.

Kelebihan utama manusia dibandingkan para Malaikat, imho, bukanlah karena manusia (Adam) lebih pintar daripada Malaikat, namun kelebihannya adalah karena manusia memiliki free will, manusia bisa menciptakan sesuatu yang baru, dan manusia bisa melakukan suatu pekerjaan baru yang belum ada SOP (Standar Operasi Prosedur)-nya. Berbeda dengan para malaikat yang tidak bisa melakukan semua hal itu. Malaikat hanya mengetahui hal-hal yang sudah diajarkan Tuhan kepada mereka, namun tidak mengetahui hal-hal yang tidak diajarkan Tuhan kepada mereka. Sementara manusia bisa mempelajari sendiri hal-hal yang tidak diajarkan Tuhan kepada mereka. Ilustrasinya kira-kira seperti ini: misalkan di bumi ini telah terdapat seribu jenis spesies binatang, dan para Malaikat telah diajari Tuhan mengenai nama-nama dari seribu binatang tersebut, maka hanya sebatas itulah pengetahuan Malaikat. Jika misalnya terdapat sejumlah spesies binatang baru yang berbeda dari keseribu binatang tsb dan Tuhan belum mengajarkan kepada Malaikat nama-nama dari spesies baru tersebut, maka Malaikat tidak akan pernah tahu nama dari sepesies baru tersebut karena Malaikat tidak berkuasa untuk menciptakan sendiri nama dari spesies baru tersebut. Berbeda dengan manusia yang bisa memberikan nama baru kepada sesuatu yang baru dilihatnya. Oleh karena itu, ketika Tuhan bertanya kepada Malaikat, "Sebutkanlah kepada-Ku nama dari benda-benda ini" dan Malaikat tidak bisa menjawab, sedangkan Adam bisa menjawab, hal tersebut menurut pendapat saya bukanlah karena para Malaikat tidak diberitahu nama dari benda-benda tsb sedangkan Adam sudah diberi tahu nama dari benda-benda tersebut. Kalau demikian, maka itu kurang fair. Menurut saya, ketika itu, para Malaikat dan Adam sama-sama tidak diberitahu sebelumnya mengenai nama dari benda-benda tersebut. Atau dengan kata lain, ketika Tuhan bertanya kepada Malaikat (dan juga Adam) akan nama dari benda-benda tsb, benda tsb adalah benda baru yang sama sekali belum pernah ada sebelumnya. Nah, dalam kasus ini, para Malaikat tidak bisa menyebutkan namanya, sedangkan Adam bisa. Kemungkinan, benda yang ditanyakan oleh Tuhan tsb adalah sejumlah spesies baru dari jenis binatang (rujukan Kejadian 2:19-20). Itulah kelebihan Adam dibandingkan Malaikat, sehingga Tuhan menyuruh para Malaikat untuk bersujud kepada Adam.


Kemudian ternyata Tuhan tidak hanya berlaku adil dan bijaksana kepada Adam saja (dengan memberikan pilihan kepada manusia apakah ia mau menerima amanat dari Tuhan atau tidak sebagaimana tertulis dalam QS 33:72), namun Tuhan juga berlaku adil kepada keturunan Adam dengan memberikan pilihan apakah keturunan Adam mau menerima Tuhan sebagai Rabb kita atau tidak (QS 7:172). Dan sebagaimana tercatat dalam ayat 172 tsb, ternyata setiap manusia yang lahir ke muka bumi ini bersedia mengakui Tuhan sebagai Rabb-nya. (Jika seandainya ada calon manusia yang tidak bersedia mengakui Tuhan sebagai Rabb-nya, maka kemungkinan calon manusia tsb tidak akan pernah lahir ke dunia ini dengan selamat, wa Allahu a'lam).


Kesimpulan: kita-kita ini sebenarnya sudah terikat perjanjian dengan Tuhan bahwa kita mengakui Tuhan sebagai Rabb kita. Masalahnya, kita tidak ingat sama sekali dengan perjanjian tsb. Sekarang yang penting adalah bagaimana kita senantiasa memegang teguh perjanjian kita dengan Tuhan dan menegakkan tujuh hukum utama yang telah ditetapkan oleh Tuhan bagi seluruh keturunan Adam.


Keterangan:
Tulisan ini merupakan versi awal dari tulisan saya yang serupa yang diposting pada blog muktazilah. Perbedaannya adalah pada versi edited (blog muktazilah), Adam menerima amanat dari Tuhan (QS 33:72) sesudah Adam memberi nama pada hewan-hewan (Kejadian 2:19, 20, QS 2:33).
Saya pribadi tidak yakin, mana yang lebih dulu terjadi: QS 33:72 ataukah QS 2:33-34?