Senin, 02 Mei 2022

Review Komik Thor God of Thunder vs Gorr the God Butcher

Sejak menyaksikan trailer film Thor Love and Thunder, saya jadi penasaran dengan komik Thor: God of Thunder karya Jason Aaron. Terutama ketika melihat scene atau adegan di trailer yang memperlihatkan "dewa" Falligar The Behemoth yang sudah jadi bangkai, yang sangat mirip dengan penggambaran di komik. 


Oleh karena itu saya memesan komik Thor: God of Thunder dari amazon. Berikut ini merupakan review saya thd komik Thor: God of Thunder karya Jason Aaron.

Pertama, kesan saya membaca komik ini adalah nuansanya agak gelap, seperti komik DC. Yang jelas nuansanya berbeda dengan komik Thor karya penulis lain seperti misalnya Walter Simonson dalam Thor #337 dst (yang memperkenalkan Beta Ray Bill). Saya pribadi lebih suka nuansa ala Walter Simonson yang cerah.



Kedua, ceritanya menurut saya agak membingungkan, karena cerita berlompat-lompat dari abad ke abad. Jadi ada tiga versi Thor di komik ini, yakni Thor versi muda (893AD), Thor masa kini, dan Thor masa depan yang sudah tua. Dan ketiga Thor ini pada akhirnya bersatu melawan Gorr the God Butcher. Anehnya, si Gorr ini hanya ada satu saja, bukan tiga versi. Dari dua poin ini saja saya enggan memberikan rating lima bintang untuk komik ini. (Tadinya saya mau memberikan rating 3 untuk komik ini)

Kalau dibandingkan dengan membaca komik Gundala Godam seperti Bocah Atlantis, Robot Penakluk, Bernafas Dalam Lumpur, Gundala Cuci Nama, dll maka saya lebih menikmati membaca komik Gundala Godam ketimbang komik Thor ini.

Namun, yang paling menarik bagi saya dari komik Thor ini adalah motif atau latar belakang kenapa Gorr the God Butcher bisa begitu dendam kepada para dewa (atau tuhan). Jadi ceritanya si Gorr ini menjadi dendam kepada para dewa karena dia sering berdoa kepada para dewa, namun dewanya tsb tidak pernah mendengarkan doa si Gorr, bahkan di saat Gorr sangat membutuhkan pertolongan para dewa. Karena doanya yang tidak pernah didengar para dewa tsb itulah makanya si Gorr berubah menjadi "atheis" dan bahkan membenci para dewa, dan ingin membunuh para dewa satu per satu. And he did.

Menurut saya pribadi, motif Gorr ini sangat relate dengan pengalaman sebagian orang yang "kecewa" kepada Tuhan. Saya ingat beberapa waktu yang lalu saya membaca sebuah berita mengenai seorang vokalis grup band rohani Kristen yang kemudian berubah menjadi atheis karena doanya tidak dikabulkan Tuhan, dan juga karena pergulatan batin ybs, seperti misalnya kenapa ada penyakit, perang, kejahatan, penderitaan, dsb. Nah, in my opinion kasus si penyanyi tsb cukup mirip dengan kasus si Gorr, dimana keduanya sama-sama kecewa kepada Tuhan, if He exists. Kalau Tuhan memang ada, kenapa Tuhan tidak menjawab doa makhluknya di saat si makhluk sangat membutuhkan pertolongan Tuhan. 

Karena motif dari si Gorr yang menarik inilah saya memberikan rating 4 untuk komik God of Thunder ini. 

Btw: ketika review ini saya tulis (3 Mei 2022), baru ada satu trailer film Thor: Love and Thunder. Dan film Doctor Strange Multiverse of Madness belum diputar di bioskop. Sehingga info mengenai film Thor #4 ini masih sangat sedikit. Tapi saya berharap di film Thor ini nantinya ketika Thor melawan Gorr the God Butcher, alih-alih ada tiga versi Thor (Thor muda, Thor sekarang, dan Thor tua), saya berharap yang melawan Gorr ini bukan tiga versi Thor yang sama seperti di komik melainkan tiga "thor" yang berlainan, yakni Thor asli, Thor Jane Foster, dan ... Beta Ray Bill. Dalam komiknya, Beta Ray Bill digambarkan memiliki kesaktian yang sama dengan Thor, kalau tidak mau dibilang Beta Ray Bill lebih sakti daripada Thor. Lagi pula kan senjatanya Beta Ray Bill (Strombreaker) sudah muncul sejak film Avengers: Infinity War, tinggal menunggu pemilik asli Strombreaker yang belum muncul.