"Hai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al-Qur'an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, dan kepada kitab yang diturunkan sebelumnya (sebelum Al Quran). Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh. (An Nisa 136)
Bertahun-tahun saya merenungkan ayat di atas, dan saya mencoba menjawab, kitab apakah yang dimaksud Allah dalam ayat tsb, suatu kitab yang wajib diimani oleh seluruh orang beriman.
Hal ini dipertegas lagi dalam surat Al Qashash ayat 48-49 mengenai dua kitab yang memberikan petunjuk. Jika kitab yang pertama adalah Al Quran, lalu apakah kitab yang kedua tsb?
Dari tahun ke tahun, jawaban saya berubah atau bergeser. Misalnya dari Alkitab (The Bible), tapi the Bible yang mana, apakah Alkitabnya orang Yahudi (Tanakh) atau Alkitabnya orang Kristen (Perjanjian Lama + Baru)? Ataukah yang dimaksud adalah Kitab Taurat yang kita kenal sekarang, yang terdiri dari lima kitab pertama dari Alkitab (Pentateuch)?
Kemudian jawaban saya bergeser kepada Kitab Musa. Yang saya maksud dengan Kitab Musa ini tidak identik dengan Kitab Taurat yang kita kenal sekarang, karena saya tahu bahwa Kitab Taurat yang kita kenal sekarang atau Pentateuch tidak ditulis oleh Nabi Musa, melainkan oleh 4 penulis yang berbeda yakni J, E, P, dan D, ditambah seorang redaktor yang mengkompilasi kitab tsb menjadi Kitab Taurat yang kita kenal sekarang. Kitab Musa yang saya maksud kemungkinan besar adalah semacam Shapira Manuscript, atau versi kuno dari Kitab Ulangan (Deuteronomy atau Devarim) dalam Alkitab.
Sempat juga terbersit dalam pikiran saya bahwa yang dimaksud dengan kitab Musa adalah the Ten Commandments yang ditulis dalam loh batu ditambah dengan the Covenant Code yang terdapat dalam kitab Exodus pasal 20-23. Alternatif lain adalah the Holiness Code yang terdapat dalam Leviticus 17-26.
Kemudian jawaban saya bergeser lagi kepada Kitab Injil. Alasannya karena Kitab Injil sepertinya adalah kitab yang paling cocok untuk dikategorikan sebagai kitab yang diwariskan sebagaimana dimaksud dalam Surat Fathir ayat 32. Karena, tadinya bangsa Yahudi "ditakdirkan" sebagai pemilik asli kitab Injil, namun karena bangsa Yahudi menolak Yesus, maka kemudian kitab Injil tsb diwariskan kepada bangsa lain, yakni bangsa gentiles. Alternatif lain, kitab yang diwariskan tsb adalah Septuagint (LXX) yang ditulis dalam bahasa Yunani, dan juga kitab Jubilee yang diakui sebagai canon Alkitab oleh orang-orang Ethiopia. Semua kitab tsb rasanya cukup memenuhi syarat sebagai kitab yang mengalami perpindahan kepemilikan dari pemilik lama (bangsa Yahudi) menjadi pemilik baru (bangsa gentiles), yang mana hal tsb merupakan definisi dari kata mewariskan, menurut ibnu Jarir Ath Thabari.
Namun, walaupun kitab Injil, misalnya, sangat memenuhi syarat untuk disebut sebagai kitab yang diwariskan sebagaimana dimaksud dalam QS 35:32, terdapat beberapa ayat dalam kitab Injil yang hanya relevan bagi bangsa Yahudi semata. Contohnya, You are the Light of the world, kalian adalah terang dunia. Semestinya ayat ini hanya dikhususkan untuk bangsa Israel. Atau ucapan bahagia mengenai persekusi, dimana bangsa yang paling sering mengalami persekusi di seluruh dunia ini hanyalah bangsa Israel yang sudah mengalaminya sejak ribuan tahun yang lalu sampai puncaknya ketika terjadi Holocaust dalam Perang Dunia kedua. Bahkan dalam Injil pun Yesus menyatakan, " xxx, what credit is that to you? Even the gentiles do the same? Yang artinya perkataan tsb tidak ditujukan untuk bangsa gentiles melainkan terbatas pada umat Yahudi semata.
Setelah mengalami berbagai perubahan pendapat, terakhir ini saya menuju kepada kesimpulan yang mengerucut bahwa yang dimaksud sebagai kitab yang wajib diimani oleh seluruh orang beriman adalah beberapa pasal pertama dari Kitab Kejadian atau the book of Genesis, atau kitab Bereshit. Kesimpulan ini saya peroleh setelah saya kembali kepada permasalahan mengenai ayat Al Quran yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad. Kita semua tahu bahwa ayat yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah perintah untuk membaca kitab suci atau Iqra bismi rabbikalladzii khalaq, khalaqal insaana min alaq.
Nah, dua ayat pertama dari surat Al Alaq tsb mengingatkan saya kepada beberapa pasal pertama dalam Kitab Kejadian atau Bereshit, khususnya Kejadian 1-4. Seluruh akar kata dalam setiap kata yang ada dalam dua ayat pertama dalam surat Al Alaq tsb terdapat padanannya dalam beberapa pasal pertama dalam Kitab Bereshit. Sampai dengan penggunaan kata darah dalam bentuk plural atau jamak, padahal manusia yang dimaksud dalam bentuk singular atau tunggal (bandingkan Al Alaq 2 dengan Beresehit 4:10-11).
Bahkan tidak sampai di situ. Saya percaya bahwa kalau kita hanya sekedar membaca kitab Kejadian dari pasal 1 s.d. pasal 4 tanpa membaca penjelasan atau penafsirannya, maka kita akan melewatkan sangat banyak nuansa di dalamnya. Hal ini antara lain terinspirasi dari ayat Al Quran sendiri yang menyebut-nyebut kata tadarus dalam beberapa ayatnya seperti Al Qlam 37. Oleh karena itu saya percaya bahwa kita perlu membaca penjelasan atau penafsiran dari para rabbi mengenai Kitab Kejadian ini, dimana penjelasan tsb telah ditulis berabad-abad yang lalu oleh para rabbi terdahulu ke dalam suatu kitab yang disebut sebagai midrash rabbah (midrash memiliki akar kata yang sama dengan tadarus). Nah, saya percaya bahwa kita sebagai orang beriman pun perlu membaca kitab midrash rabbah ini khususnya untuk penjelasan beberapa pasal pertama dalam Kitab Kejadian, atau parashat bereishis dalam Sefer Bereshit.
Jadi, kini saya cukup yakin dan percaya diri untuk menyimpulkan bahwa kitab yang wajib diimani oleh seluruh orang beriman sebagaimana dimaksud dalam Surah An Nisa ayat 136 adalah Kitab Kejadian atau the book of Genesis atau kitab Bereshit, khususnya beberapa pasal pertama dalam kitab tsb, tidak harus semuanya. Namun, selain beriman kepada kitab Beresehit atau the book of Genesis tsb, kita perlu membaca penafsirannya yang tertuang dalam kitab midrash rabbah Genesis.
Wa Allahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar