Sabtu, 27 Januari 2024

The Beatitudes and the Seven Deadly Sins

Jika dalam posting yang lain saya menyimpulkan bahwa tujuh ucapan bahagia Yesus dalam the Beatitudes yang terdapat dalam Injil Matius 5:3-9 berhubungan erat dengan nubuat dalam Kitab Yesaya 61:1-2, Seven Laws of Noah, dan juga tujuh ayat dalam Surah Al Fatihah, maka sekarang terpikir oleh saya bahwa the Beatitudes juga terkait erat dengan dengan the Seven Deadly Sins, atau tujuh dosa mematikan yang dikenal dalam tradisi Kristen/Katolik.

Berikut daftar the Seven Deadly Sins berikut ucapan bahagia yang sesuai:

 

Seven Deadly Sins

Beatitudes

Gluttony

Blessed are the poor

Envy

Blessed are those who mourn

Pride

Blessed are those who are humble

Greed

Blessed are those who hunger and thirst for righteousness (justice)

Wrath

Blessed are the merciful

Lust

Blessed are the pure in heart

Sloth

Blessed are the peacemaker

 

Marilah kita merenungkan ucapan bahagia dalam the Beatitudes yang saya yakin merupakan inti dari ajaran Injil, sekaligus mematuhi the Seven Laws of Noah sambil menjauhi tujuh dosa mematikan yang ada.

 Q and A:

Q: Mengapa hanya ada 7 ucapan bahagia, bukannya 8 sesuai Matius 5:3-10?

A: Saya hanya mengambil Matius 5:3-9 dan "membuang" Matius 5:10 karena saya percaya bahwa Matius 5:10 pada hakikatnya sama saja dengan Matius 5:11, yaitu ucapan yang ditujukan untuk bangsa Yahudi saja, karena pada Matius 5:11 kata ganti (pronoun) yang digunakan adalah kamu (you), bukan mereka (they/them). Lagi pula berdasarkan catatan sejarah, satu-satunya bangsa yang sudah menjadi langganan untuk dipersekusi selama berabad-abad hanyalah bangsa Yahudi saja. Adapun bangsa-bangsa lain walaupun juga banyak yang diperkusi, namun mereka "hanya" diperkusi pada satu masa tertentu saja, tidak sampai berabad-abad lamanya, apalagi sampai bermilenium-milenium lamanya. Sedangkan bangsa Israel (termasuk Yahudi) sudah diperkusi selama 2500 tahun.


Q: Menurut Paus Gregory I, kebalikan dari Greed adalah Charity (lihat Seven Virtues dalam wikipedia). Kenapa Anda menuliskan kebalikan dari Greed adalah hunger and thirst for righteousness?

A: Justru apa yang saya tulis di atas sangat sesuai dengan apa yang ditulis oleh Pope Gregory I. Charity atau sedekah, dalam bahasa Ibraninya adalah Tzedakah, yang memiliki akar kata yang sama dengan kata shiddiq dalam bahasa Arab yang diterjemahkan sebagai righteous atau righteousness. Dengan demikian, charity atau sedekah adalah salah satu pengejawantahan dari hunger and thirst for righteousness.

Edited :
Versi lain:

Deadly Sins

Beatitudes

gluttony

poor

wrath

mourn

pride

humble

lust

pure in heart

greed

merciful

sloth

hunger and thirst for righteousness (or justice)

envy

peacemakers

Sabtu, 08 Juli 2023

Skenario Akhir Zaman

Dalam beberapa ceramahnya Ustadz Zulkifli Muhammad Ali senantiasa menyampaikan perkiraan beliau bahwa di akhir zaman kelak, teknologi modern umat manusia akan musnah, dan manusia akan kembali seperti ke zaman dulu. Sebagai contoh, manusia di masa yang akan datang, setelah perang dunia ketiga, akan kembali berperang seperti zaman dulu, yaitu menggunakan pedang dan tombak, atau bahkan menggunakan kayu dan batu. Namun, pada intinya adalah teknologi modern yang ada pada saat ini semuanya akan lenyap, termasuk hape, internet, komputer, telephone, televisi, dan lain sebagainya.

Bisa jadi Ustadz Zulkifli benar. Bahkan, saya pribadi mempunyai dugaan bahwa manusia di akhir zaman kelak akan mengalami kemunduran selama 3 abad, atau lebih tepatnya selama 300 tahun plus minus 9 tahun. Ini karena saya percaya bahwa kisah yang mirip seperti para pemuda Al Kahfi yang tertidur selama 300 tahun akan terulang kembali, namun yang terjadi justru kebalikannya. Jika para pemuda Al Kahfi tidur selama 300 tahun dan maju 3 abad kemudian, maka umat manusia di akhir zaman akan mengalami kemunduran selama kurang lebih 3 abad. Ilustrasinya, jika misalnya permulaan akhir zaman dimulai pada tahun 2033, maka pada tahun tersebut kehidupan manusia akan kembali seperti di tahun 1733 atau pada era sekitarnya. Kemunduran tersebut bisa saja terjadi karena adanya perang dunia ketiga yang akan menghancurkan teknologi modern, atau bisa saja terjadi karena adanya asap atau dukhan yang menyelimuti seluruh permukaan bumi dan menghancurkan berbagai penemuan baru serta teknologi modern yang ada, adanya gelombang EMP atau solar storm dari matahari, atau bencana bumi lainnya. 

Kalau seandainya manusia akan mengalami kemunduran zaman hingga tiga abad, maka umat manusia tentu akan kehilangan kenyamanan hidup yang selama ini dirasakan, termasuk radio, televisi, komputer, internet, dan hape. Namun ada dua hal yang paling mengganggu saya, karena saya baru sadar bahwa kedua penemuan tsb termasuk penemuan "baru" manusia dalam kurun 100-200 tahun yang lalu (padahal cut off-nya adalah 300 tahun yang lalu). Kedua penemuan tsb adalah listrik dan plastik. Terutama plastik.

Tanpa listrik kita akan mengalami kesulitan dalam penyediaan air bersih, kulkas, AC, water heater dan sebagainya. Namun saya merasa bahwa manusia masih bisa bertahan hidup tanpa listrik selama beberapa minggu atau beberapa bulan ke depan. Untuk mendapatkan air bersih misalnya kita masih bisa menimba sumur, mengambil air dari permukaan sungai atau mata air, atau menampung air hujan. 

Yang justru lebih repot adalah kalau kita kehilangan plastik. (Hampir semua perabotan yang kita miliki mengandung bahan plastik. Berdasarkan browsing dari google, plastik diciptakan sekitar tahun 1907, sedangkan acrylic pada tahun 1843). Artinya kalau plastik benar-benar hilang dari muka bumi (karena adanya keajaiban seperti dukhan atau yang lainnya), maka berarti umat manusia akan kehilangan sebagian besar perabot yang dimilikinya seperti gayung, ember, botol air, tupperware, dan berbagai peralatan lain. Bagaimana mungkin kita bisa menimba air dari sumur kalau kita tidak menggunakan ember? Bagaimana mungkin kita bisa menyimpan minuman kalau tidak ada lagi botol plastik yang bisa digunakan untuk menyimpan minuman? Bagaimana mungkin kita bisa menampung air hujan kalau tidak ada ember plastik? Dan masih banyak kesulitan hidup yang akan kita hadapi jika seandainya misalnya suatu saat nanti kita akan kehilangan plastik dalam sehari.

Bagaimana solusinya?

tentunya untuk berjaga-jaga kita mesti menyediakan wadah yang berbahan non-plastik, seperti gayung dari kopra atau batok kelapa, ember kayu (kalau memang ada), makanan kalengan, minuman yang tersimpan dalam botol kaca, dan lain sebagainya.

Dan juga saya pribadi menyimpan sebagian emas dan perak saya dalam buku, dan/atau dalam kotak kardus kecil. Untuk emas batangan dimungkinkan kalau Anda memiliki emas antam versi retro, karena emas bisa langsung dikeluarkan dari plastik mikanya tanpa merusak apapun. Dan yang saya lakukan adalah saya akan mengeluarkan emas batangan retro dari plastik mika, dan kemudian emas beserta sertifikat kertasnya saya pindahkan ke dalam buku atau kotak kardus kecil yang berbahan non-plastik. Just in case

wa Allahu a'lam.


Sabtu, 03 Desember 2022

Euforia Arab Saudi

Pada babak penyisihan piala dunia 2022 pada tanggal 22 November 2022 yang lalu, tim Arab Saudi secara mengejutkan berhasil menumbangkan kesebelasan Argentina yang merupakan salah satu favorit juara. Terjadi euforia pada negara Arab Saudi, hingga Raja Salman mengumumkan libur pada esok harinya. Bahkan terdapat kabar bahwa seluruh pemain kesebelasan Arab Saudi akan diberi hadiah berupa mobil mewah roll royce.

Namun apa yang terjadi kemudian? Arab Saudi kalah dua kali berturut-turut, sehingga Arab Saudi gagal melaju ke babak berikutnya. 

Pelajaran apa yang bisa dipetik dari euforia sesaat kesebelasan Arab Saudi? Tentu saja, kita tidak boleh merasa bangga atau jumawa jika kita berhasil dalam suatu hal. Jika seandainya kita berhasil dalam satu hal, hal tersebut tidak menjamin bahwa kita akan sukses juga dalam hal yang lain.

Euforia Arab Saudi mengingatkan saya kepada sikap umat Islam. Kalau saya perhatikan, banyak umat muslim yang merasa bangga dengan agamanya sendiri, atau lebih parah lagi, mereka bangga pada alirannya sendiri, seraya meremehkan agama atau aliran lain. 

Sebagai analogi, misalnya tim Arab Saudi saya contohkan merepresentasikan umat Islam Ahli Sunnah wal Jama'ah. Sementara tim Argentina merepresentasikan umat Katolik. Kita, umat Islam, merasa bangga bahwa kita adalah umat pilihan Tuhan, sedangkan kita menganggap bahwa umat Katolik itu sesat dan kafir. Sehingga sebagian dari kita sudah berani untuk memvonis bahwa kita akan masuk surga, sementara umat Katolik akan masuk neraka. Nah, disinilah masalahnya. Masalahnya, tauhid atau hablum minallah itu bukanlah satu-satunya tolok ukur untuk masuk surga. Selain hablum minallah masih ada hablum minannas. Jika kita merasa berhasil dalam hablum minallah (walaupun pada kenyataannya ibadah kita selama ini belum tentu diterima Allah), belum tentu kita akan berhasil juga dalam hablum minannas. Malah, kalau boleh saya katakan, sepertinya kalau soal urusan hablum minannas, nampaknya rata-rata umat Islam masih kalah jika dibandingkan dengan umat Katolik atau umat Kristen. Jadi, boleh jadi pada akhirnya skor akhir antara umat Muslim dibandingkan umat Katolik, akan berimbang, atau jangan-jangan malah dimenangkan oleh umat Katolik (God forbid). Oleh karena itu, seyogyanya setiap insan muslim harus mengikis habis sikap sombong dan jumawa yang ada di dalam hatinya, dan jangan sampai kita meremehkan umat lain yang kita anggap sesat.

Kembali ke piala dunia, ternyata Arab Saudi gagal melaju ke babak berikutnya. Sedangkan Argentina justru berhasil melangkah ke babak berikutnya. Saya tidak akan heran jika seandainya Agerntina akan berhasil masuk ke babak perempat final, atau babak semifinal piala dunia 2022.

Kamis, 03 November 2022

Menafsirkan Kitab Itu (Dzalikal kitaabu)

"Kitab itu tidak ada keraguan, petunjuk bagi orang-orang yang takut (God-fearers)" (QS 2:2) 

Kata "kitab itu" atau dzalikal kitaabu sering diartikan oleh mayoritas muslim sebagai "kitab ini" (yakni Al Quran). Demikian pendapat mayoritas.

Namun benarkah pendapat tersebut? Ternyata, jika kita membaca kitab Tafsir Thabari atau Tafsir Qurthubi, itu bukanlah satu-satunya pendapat. Ini karena pada dasarnya kata dzalika (itu) menunjukkan sesuatu yang ghaib atau yang tidak ada di hadapan. Atau mengisyaratkan sesuatu yang jauh dan tidak tampak. 

Dalam tafsir Thabari maupun Qurthubi terdapat dua pendapat yang menurut saya sama-sama masuk akal, dimana penafsiran tersebut tetap mengartikan kata dzalika sebagaimana makna literalnya.

Pertama, yang dimaksud "kitab itu" adalah surat-surat Al Quran yang diturunkan sebelum surat Al Baqarah, alias seluruh surat Makkiyah.

Kedua, yang dimaksud "kitab itu" adalah kitab Taurat dan Injil. Namun, kalau yang dimaksud Taurat dan Injil, kenapa disebut dalam bentuk tunggal? Bisa saja, menurut suatu pendapat (Qurthubi), sama ketika Al Quran menyatakan, "sapi betina tersebut tidak tua dan tidak muda, pertengahan antara itu" (QS 2:68). Jika dicermati, kata yang digunakan adalah baina dzalik (antara itu/dalam bentuk tunggal), bukan bainahuma (antara keduanya).

Jika demikian, maka saya berpendapat bahwa bisa saja yang dimaksud dengan "kitab itu" adalah kitab Injil, karena redaksi yang digunakan mirip dengan apa yang ada pada QS 5:46. Atau bisa jadi yang dimaksud "kitab itu" adalah surat-surat yang diturunkan di Mekkah (Makkiyah). Dan ini seperti yang pernah dikemukakan oleh ulama asal Sudah Muhammad Thaha dan An Naim, yang kurang lebih menyatakan bahwa surat-surat Makkiyah berlaku universal dan adil, sehingga surat-surat Makkiyah lebih tepat untuk diterapkan di zaman modern ini ketimbang surat-surat Madaniyah.

Atau bisa jadi, yang dimaksud dengan "kitab itu" adalah keduanya sekaligus, yakni kitab Injil dan juga Al Quran surat-surat Makkiyah. Ini sebagaimana kata dzalika dalam Al Baqarah 68 sebagaimana penafsiran Imam Qurthubi, yang bisa dimaksudkan untuk dua hal sekaligus. Ini karena baik kitab Injil maupun surat-surat Makkiyah dari Al Quran sama-sama bersifat universal, tidak seperti Taurat yang khusus diturunkan untuk bani Israel, maupun surat-surat yang diturunkan di Madinah yang sangat terikat oleh ruang dan waktu.

Wa Allahu a'lam

Jumat, 28 Oktober 2022

Keistimewaan Kitab Injil dan Nabi Isa bin Maryam

Mengapa belasan tahun belakangan ini saya tertarik dengan Kitab Injil dan Nabi Isa, sehingga saya mencoba untuk mengidentifikasi kitab apakah sebenarnya yang dimaksud dengan kitab Injil tsb? (Spoiler alert: setelah sekian tahun saya membaca sejumlah buku dan sejumlah tulisan, saya berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kitab Injil tsb adalah Injil Lukas, atau Injil ketiga dalam Perjanjian Baru).

Berikut ini beberapa alasan keistimewaan Nabi Isa bin Maryam dan/atau Kitab Injil.

1. Allah sudah menjanjikan di dalam Al Quran surat Al Imran 55 bahwa Allah akan menjadikan para pengikut Nabi Isa di atas orang-orang kafir hingga hari kiamat. Para pengikut Nabi Isa tentulah adalah Ahli Injil yang disebut dalam Al Maaidah 47.

2. Pada ayat lain, Al Quran menyatakan bahwa tidak ada seorangpun Ahli Kitab kecuali ia akan beriman kepada Nabi Isa bin Maryam (QS 4:159). Ayat ini dan ayat QS 3:55 di atas merupakan indikasi akan datangnya Nabi Isa kembali ke dunia menjelang hari akhir (the second coming of Jesus). Untuk mengantisipasi kedatangan kembali Nabi Isa bin Maryam, maka alangkah baiknya jika kita mempelajari kitab yang diturunkan kepada beliau (Injil). Hal ini antara lain agar dengan mempelajari Injil kita dapat langsung mengenali Nabi Isa ketika beliau datang kepada kita, dan kita bisa langsung "tune in" atau se-frekuensi dengan beliau.

3. Intisari dari ajaran seluruh kitab suci sebelum Injil mulai dari Taurat sampai dengan kitab Nabi-Nabi (Nevi'im) sudah terkandung di dalam kitab Injil. Di dalam Injil Sinoptik, Yesus pernah ditanya mengenai Hukum yang Terutama dalam kitab Taurat: Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?". Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum kedua yang sama dengan itu ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan Kitab Para Nabi (Mat 22: 35-40)." Referensi lain ada di kitab Lukas 10:26-27. Dengan mempelajari kitab Injil otomatis kita bisa memahami pokok-pokok ajaran Kitab Taurat dan Kitab Nabi-Nabi (Nevi'im). [Catatan: selama ini umat Islam hanya fokus pada Kalimat Tauhid, Laa ilaaha illallah. Walaupun tidak ada yang salah dengan hal ini, namun terkadang kita terlena dengan hukum kedua yang juga penting. Kita malah sering menghakimi orang lain, dan kita enggan untuk membantu orang miskin di sekitar kita yang sedang kesusahan. Kita berpikir bahwa asalkan kita sudah sholat, membayar zakat, dan puasa, maka kita akan aman-aman saja. Maka seolah-olah kita tidak merasa berdosa ketika kita menghakimi orang lain. Na'udzu billahi min dzalik]

4. Kitab Injil inilah yang saya duga merupakan kitab suci yang diwariskan kepada orang-orang pilihan (hanya kepada orang-orang tertentu saja) sebagaimana dimaksud di dalam surat Fathir ayat 32:  "Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar."

Dalam tafsir Thabari ia berpendapat bahwa ayat QS 35:32 ini merujuk kepada kitab-kitab suci sebelum Al Quran. Namun, sebagaimana tersebut dalam poin di atas, pokok-pokok ajaran kitab Taurat dan Kitab Nabi-nabi sudah terkandung di dalam Injil maka kitab Injil merupakan kandidat terbaik sebagai kitab (dalam bentuk tunggal) yang diwariskan kepada orang-orang terpilih. Selain itu, ayat di atas kurang cocok untuk diterapkan pada Kitab Taurat, karena kitab Taurat itu diwariskan hanya kepada bani Israel. Sedangkan kitab Injil diturunkan untuk seluruh umat manusia (ref Mark 13:10, Mark 16:15, dan Mat 24:14).

Namun, jangan salah. Kitab Injil yang saya maksud adalah Injil Lukas, bukan seluruh Injil yang ada di dalam Perjanjian Baru. Oleh karena itu dalam surat Fathir 32 tersebut dituliskan bahwa Kitab itu diwariskan kepada orang-orang yang Kami pilih. Artinya bukan kepada semua orang. Kita tahu bahwa pemahaman mayoritas orang Kristen sudah terkontaminasi oleh doktrin sesat trinitas, sehingga injil Lukas ini sering terlewatkan (overlooked) oleh orang Kristen. Atau walaupun orang Kristen memiliki Injil Lukas, namun orang Kristen memahami Injil Lukas dengan pemahaman yang salah, sehingga walaupun mereka membacanya boleh jadi mereka tidak memahami maksud sebenarnya. Jadi walaupun seseorang membaca Injil Lukas, belum tentu ia bisa memahami ajaran Yesus yang sebenarnya, karena di dalam pikirannya sudah terkontaminasi oleh doktrin-doktrin sesat yang berasal dari ajaran manusia.

Semoga kita umat Islam termasuk hamba-hamba-Nya yang terpilih untuk mewarisi Kitab Suci yang dimaksud dalam QS 35:32 tersebut, Amen.

5. Ayat serupa di atas juga terdapat dalam Injil Thomas pasal 109, dimana diriwayatkan sebuah perumpamaan (parable) tentang seorang ahli waris yang tidak memahami betapa berharganya warisan yang diterimanya. Kemudian si ahli waris ini menjual warisan tsb kepada orang lain dengan harga yang sangat murah. Pembeli warisan tersebut mengetahui betapa berharganya warisan yang dibelinya tersebut, sehingga si pembeli warisan mendapatkan keuntungan yang sangat besar dari transaksi jual-beli ini. Hal ini mengindikasikan bahwa hanya orang-orang terpilih saja yang bisa mengenali betapa berharganya harta yang terkandung dalam warisan tersebut. Maka warisan tersebut akan cocok jika diinterpretasikan sebagai kitab Injil. Karena orang-orang Israel sebagai ahli waris seharusnya dari Kitab Injil malah tidak dapat mengenali kebenaran dari ajaran Nabi Isa dan Kitab Injil, sehingga kemudian kitab Injil tersebut dilimpahkan kepada "bangsa lain yang akan menghasilkan buah kerajaan tersebut". Demikian juga orang-orang Kristen yang memiliki kitab Injil ini, bisa jadi mereka salah fokus terhadap kitab Injil. Alih-alih berfokus pada Injil Lukas dan/atau Injil Matius [atau Double Tradition], mereka malah fokus kepada kitab buatan manusia seperti Injil Yohanes dan surat-surat Paulus. Sehingga kebanyakan mereka sama seperti bangsa Israel yang gagal memahami ajaran sebenarnya yang terkandung dalam kitab Injil yang asli. Hal ini sebagaimana terindikasi di dalam Injil Lukas 13:24-27 dan juga Injil Matius 7:21-23.

6. Dalam QS 2:2 disebutkan bahwa "kitab itu tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi orang-orang yang takut". Pertama frase "orang-orang yang takut" atau kalau dalam bahasa Inggrisnya God-fearers atau God fearing people, mengingatkan saya kepada kaum the Noahides atau bnei Noach. Sedangkan frase "Kitab itu" (bukan kitab ini) seolah merujuk kepada suatu kitab yang bukan kitab Al Quran. Apalagi di dalam QS 5:46 jelas tertulis bahwa kitab injil merupakan petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang yang takut tersebut. Sehingga saya mendapatkan kesan bahwa yang dimaksud sebagai "kitab itu" di dalam QS 2:2 adalah kitab Injil.

7. Di dalam tafsir Qurthubi surat Al Imran ayat 3 terdapat riwayat yang menyatakan bahwa akan terdapat umat akhir zaman yang menghafal Injil. Dan dikatakan bahwa umat tersebut adalah umat Nabi Muhammad SAW. Jadi, boleh jadi umat Nabi Muhammad di akhir zaman akan berpegang pada dua kitab sekaligus, yakni Al Quran dan Injil. Ini seperti yang diindikasikan dalam QS 28:49, bahwa terdapat dua kitab yang memberikan petunjuk. Kemungkinan, kedua kitab yang dimaksud adalah Injil dan Al Quran.

8. Dalam salah sebuah hadits sahih disebutkan suatu kalimat syahadat yang istimewa yang terdiri dari 3 kalimat syahadat sekaligus, yakni (1) bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah yang Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, (2) bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, dan (3) bahwa Isa adalah hamba Allah, rasul-Nya, Kalimat-Nya yang ditiupkan pada Maryam, dan Ruh dari-Nya. Ini mengindikasikan bahwa nabi yang diutus untuk kita bukan hanya Nabi Muhammad saja, melainkan Nabi Muhammad dan Nabi Isa. Apalagi dalam hadits lain diriwayatkan bahwa kelak Nabi Isa akan menjadi pemimpin/imam bagi umat Islam. Haditsnya kira-kira berbunyi, "Bagaimana pendapatmu jika Isa bin Maryam turun ditengah-tengah kalian dan menjadi imam bagi kalian?"

9. Ajaran Injil Lukas tentang kecaman bagi orang-orang kaya yang mengumpulkan harta dan hidup mewah, in-line dengan ajaran Al Quran, terutama dalam surat-surat Makkiyah yang diturunkan pada awal masa kenabian Muhammad seperti surat At Takatsur, Al Humazah,  Al Aadiyat, Al Ma'un, Al Lahab, Al Fajr, Al Lail,  Hud 116, Al Isra 16, Al Mukminun 33, Al Waqiah 45, dan lain sebagainya. 

Demikianlah, mengapa saya percaya bahwa sudah seyogyanya umat Islam membaca dan mempelajari kitab Injil, khususnya Injil Lukas atau the Gospel of Luke

Wa Allahu a'lam