Senin, 24 Oktober 2022

Akan tetapi katakanlah "Kami telah berserah diri"

Di dalam surah Al Hujurat ayat 14 dikisahkan bahwa ada sekelompok orang Arab Badui yang berkata kepada Nabi bahwa mereka telah beriman (Aamanna). Namun dalam ayat tsb, Allah menyuruh Nabi untuk mengatakan kepada mereka "Kamu belum beriman, akan tetapi katakanlah 'Kami telah berserah diri' (Aslamna)". Dalam ayat ini dapat ditangkap bahwa terdapat perbedaan derajat antara orang-orang yang beriman (mukmin) dengan orang-orang yang berserah diri (muslim).

Saya pribadi merasa bahwa tingkatan saya belum mencapai beriman (Aamanna) melainkan masih sebatas berserah diri (Aslamna). Salah satu indikatornya adalah saya merasa belum memenuhi karakteristik orang-orang yang beriman sebagaimana digambarkan dalam surah Al Anfal ayat 2.

Lalu, apakah keselamatan itu hanya untuk orang-orang beriman saja? Saya rasa tidak. Al Quran surah Al Baqarah ayat 62 dan Al Maaidah ayat 69 secara gamblang menjelaskan bahwa keselamatan itu bukan hanya hak istimewa orang-orang beriman (pengikut syariat Nabi Muhammad) melainkan juga terbuka bagi orang-orang Yahudi, sabian (the convert?), dan juga orang-orang Nasrani yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir dan juga melakukan amal sholeh.

Kemudian, apakah syariat untuk orang-orang beriman sama dengan syariat untuk orang-orang yang tunduk atau berserah diri dalam arti luas? Saya rasa tidak. Syariat untuk orang-orang beriman jelas merupakan syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad (misalnya shalat 5 waktu dengan menggunakan bahasa Arab yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, puasa pada bulan Ramadhan, dan sebagainya). Namun, kita semua tahu bahwa Nabi-nabi terdahulu seperti Abraham, Ishak, Yakub, Musa, dan Isa, tidak mungkin melakukan sholat sebagaimana Nabi Muhammad shalat. Bahasa yang digunakan saja sudah berbeda. Bahkan nama atau sebutan untuk Tuhan pun kemungkinan besar juga berbeda. Abraham  misalnya, kemungkinan menyebut nama Tuhannya dengan sebutan El Eliyon atau El Shaddai, bukan dengan nama Allah sebagaimana lafadz orang-orang Arab. Dengan demikian tata cara beribadah Abraham kemungkinan besar berbeda dengan tata cara ibadah Nabi Muhammad, paling tidak berbeda dari bahasa yang digunakannya. Nah, karena tadi sudah dijelaskan bahwa orang beriman (mukmin) berbeda dengan orang berserah (muslim) maka semestinya syariat-nya pun tidak harus sama.

Adakah minimum requirements bagi seorang muslim? Semestinya ada. Imho, syarat minimal bagi seorang muslim adalah menjalankan perintah Kitab Suci yang ditujukan bagi seluruh manusia, bukan hanya untuk golongan tertentu saja. Kalau di dalam Quran misalnya ayat-ayat yang diawali dengan "Yaa ayyuhan nas" atau "wahai manusia" tang kebanyakan merupakan ayat makkiyyah, walaupun ada juga yang merupakan ayat madaniyyah seperti yang ada di dalan surah Al Baqarah.

Sedangkan ayat-ayat yang diawali dengan "Yaa ayyuhalladzina aamanu" imho hanya mengikat kepada orang-orang beriman (mukmin) akan tetapi tidak mesti mengikat kepada orang-orang muslim. Wa Allahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar