Kamis, 03 November 2022

Menafsirkan Kitab Itu (Dzalikal kitaabu)

"Kitab itu tidak ada keraguan, petunjuk bagi orang-orang yang takut (God-fearers)" (QS 2:2) 

Kata "kitab itu" atau dzalikal kitaabu sering diartikan oleh mayoritas muslim sebagai "kitab ini" (yakni Al Quran). Demikian pendapat mayoritas.

Namun benarkah pendapat tersebut? Ternyata, jika kita membaca kitab Tafsir Thabari atau Tafsir Qurthubi, itu bukanlah satu-satunya pendapat. Ini karena pada dasarnya kata dzalika (itu) menunjukkan sesuatu yang ghaib atau yang tidak ada di hadapan. Atau mengisyaratkan sesuatu yang jauh dan tidak tampak. 

Dalam tafsir Thabari maupun Qurthubi terdapat dua pendapat yang menurut saya sama-sama masuk akal, dimana penafsiran tersebut tetap mengartikan kata dzalika sebagaimana makna literalnya.

Pertama, yang dimaksud "kitab itu" adalah surat-surat Al Quran yang diturunkan sebelum surat Al Baqarah, alias seluruh surat Makkiyah.

Kedua, yang dimaksud "kitab itu" adalah kitab Taurat dan Injil. Namun, kalau yang dimaksud Taurat dan Injil, kenapa disebut dalam bentuk tunggal? Bisa saja, menurut suatu pendapat (Qurthubi), sama ketika Al Quran menyatakan, "sapi betina tersebut tidak tua dan tidak muda, pertengahan antara itu" (QS 2:68). Jika dicermati, kata yang digunakan adalah baina dzalik (antara itu/dalam bentuk tunggal), bukan bainahuma (antara keduanya).

Jika demikian, maka saya berpendapat bahwa bisa saja yang dimaksud dengan "kitab itu" adalah kitab Injil, karena redaksi yang digunakan mirip dengan apa yang ada pada QS 5:46. Atau bisa jadi yang dimaksud "kitab itu" adalah surat-surat yang diturunkan di Mekkah (Makkiyah). Dan ini seperti yang pernah dikemukakan oleh ulama asal Sudah Muhammad Thaha dan An Naim, yang kurang lebih menyatakan bahwa surat-surat Makkiyah berlaku universal dan adil, sehingga surat-surat Makkiyah lebih tepat untuk diterapkan di zaman modern ini ketimbang surat-surat Madaniyah.

Atau bisa jadi, yang dimaksud dengan "kitab itu" adalah keduanya sekaligus, yakni kitab Injil dan juga Al Quran surat-surat Makkiyah. Ini sebagaimana kata dzalika dalam Al Baqarah 68 sebagaimana penafsiran Imam Qurthubi, yang bisa dimaksudkan untuk dua hal sekaligus. Ini karena baik kitab Injil maupun surat-surat Makkiyah dari Al Quran sama-sama bersifat universal, tidak seperti Taurat yang khusus diturunkan untuk bani Israel, maupun surat-surat yang diturunkan di Madinah yang sangat terikat oleh ruang dan waktu.

Wa Allahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar